Sunday 31 March 2013

Makalah ; Hakekat Manusia Sebagai Mahluk Individu Dan Mahluk Ssoal



BAB I
PENDAHULUAN



A.    Latar Belakang Masalah
Secara fisiologis hakikat manusia sebagai makhluk individu dan sosial itu bersifat bebas, tidak mempunyai hubungan yang ketat antara sesama. Kata manusia berasal dari kata manu (Sansekerta) atau mens(Latin) yang berarti berpikir, berakal budi, atau homo (Latin) yang berarti manusia. Istilah individu berasal dari bahasa Latin, yaitu individu, yang artinya sesuatu yang tidak dapat dibagi-bagi lagi atau suatu kesatuan yang terkecil dan terbatas. Secara kodrati, manusia merupakan mahluk monodualis. Artinya selain sebagai mahluk individu, manusia juga berperan sebagai mahluk sosial. Jiwa dan raga inilah yang membentuk individu.
Manusia juga diberi kemampuan (akal, pikiran, dan perasaan) sehingga sanggup berdiri sendiri dan bertanggung jawab atas dirinya. Disadari atau tidak, setiap manusia senantiasa akan berusaha mengembangkan kemampuan pribadinya guna memenuhi hakikat individualitasnya (dalam memenuhi berbagai kebutuhan hidupnya). Hal terpenting yang membedakan manusia dengan mahluk lainnya adalah bahwa manusia dilengkapi dengan akal pikiran, perasaan dan keyakinan untuk mempertinggi kualitas hidupnya. Manusia adalah ciptaan Tuhan dengan derajat paling tinggi di antara ciptaan-ciptaan yang lain. Dalam pembahasan tentang hakikat manusia sebagai makhluk individu dan sosial kita bisa melihatnya dalam kehidupan sehari-hari, contohnya pada saat kita kesusahan pasti kita membutuhkan bantuan dari orang lain dan ketika kita mempunyai persoalan yang bersifat pasti kita akan menjadi manusia yang individu agar orang lain tidak dapat mengetahui persoalan pribadi yang kita punya.
B.     Rumusan Masalah

Dalam bermasyarakat, banyak kita menjumpai perbedaan sifat antara individu satu dengan individu lainnya. Adanya lembaga – lembaga sosial masyaraat yang sengaja di bangun untuk menciptakan kehidupan sosial masyarakat yang terhindar dari perilaku – perilaku individu yang menyimpang  , untuk tercapainya kesejahteraan hidup orang banyak .
Maka dalam makalah ini , kami akan membahas beberapa poin dari hakekat manusia sebagai mahluk individu dan mahluk sosial . yaitu sebagai berikut:

1. Bagaimana  fugsi dan hakekat manusia sebagai makhluk individu .
2. Bagaimana hakekat dan  peranan manusia sebagai makhluk sosial .

C.    Tujuan Penulisan

Adapun tujuan yang ingin dicapai dal penyusunan makalah ini, yakni sebagai berikut :

1.    Melatih kemampuan untuk mengetahui makhluk social dan makhluk social.
2.    Memperluas wawasan mengenai manusia sebagai makhluk individu dan social.
3.    Mampu mengetahui apa yang dimaksud manusia sebagai makhluk individu dan social.


 



















BAB II
PEMBAHASAN




A.    Hakekat Manusia sebagai makhluk individu

Individu berasal dari kata in dan devided. Dalam Bahasa Inggris in salah satunya mengandung pengertian tidak, sedangkan devided artinya terbagi. Jadi individu artinya tidak terbagi, atau satu kesatuan. Dalam bahasa latin individu berasal dari kata individium yang berarti yang tak terbagi, jadi merupakan suatu sebutan yang dapat dipakai untuk menyatakan suatu kesatuan yang paling kecil dan tak terbatas.
Manusia sebagai makhluk individu memiliki unsur jasmani dan rohani, unsur fisik dan psikis, unsur raga dan jiwa. Seseorang dikatakan sebagai manusia individu manakala unsur-unsur tersebut menyatu dalam dirinya. Jika unsur tersebut sudah tidak menyatu lagi maka seseorang tidak disebut sebagai individu. Dalam diri individi ada unsur jasmani dan rohaninya, atau ada unsur fisik dan psikisnya, atau ada unsur raga dan jiwanya.
Setiap manusia memiliki keunikan dan ciri khas tersendiri, tidak ada manusia yang persis sama. Dari sekian banyak manusia, ternyata masing-masing memiliki keunikan tersendiri. Seorang individu adalah perpaduan antara faktor fenotip dan genotip. Faktor genotip adalah faktor yang dibawa individu sejak lahir, ia merupakan faktor keturunan, dibawa individu sejak lahir. Kalau seseorang individu memiliki ciri fisik atau karakter sifat yang dibawa sejak lahir, ia juga memiliki ciri fisik dan karakter atau sifat yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan (faktor fenotip). Faktor lingkungan (fenotip) ikut berperan dalam pembentukan karakteristik yang khas dari seseorang. Istilah lingkungan merujuk pada lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Ligkungan fisik seperti kondisi alam sekitarnya. Lingkungan sosial, merujuk pada lingkungan di mana eorang individu melakukan interaksi sosial. Kita melakukan interaksi sosial dengan anggota keluarga, dengan teman, dan kelompok sosial yang lebih besar.
Karakteristik yang khas dari seeorang dapat kita sebut dengan kepribadian. Setiap orang memiliki kepribadian yang berbeda-beda yang dipengaruhi oleh faktor bawaan genotip)dan faktor lingkungan (fenotip) yang saling berinteraksi terus-menerus.
Menurut Nursid Sumaatmadja (2000), kepribadian adalah keseluruhan perilaku individu yang merupakan hasil interaksi antara potensi-potensi bio-psiko-fiskal (fisik dan psikis) yang terbawa sejak lahir dengan rangkaian situasi lingkungan, yang terungkap pada tindakan dan perbuatan serta reaksi mental psikologisnya, jika mendapat rangsangan dari lingkungan. Dia menyimpulkan bahwa faktor lingkungan (fenotip) ikut berperan dalam pembentukan karakteristik yang khas dari seeorang.
Individu dalam konsep sosiologi berarti manusia perorangan  sebagai lawan dari manusia berkelompok. Yang dimaksut manusia perorangan bukanlah perorangan dalam jasmaniah tetapi dalam kerohanianya .
Kehadiran individu dalam suatu masyarakat biasanya ditandai oleh perilaku individu dalam suatu masyarakat biasanya ditandai oleh perilaku individu yang berusaha  menempat kan dirinya dihadapan individu individu lainnya yang telah mempunyai pola perilaku sesuai dengan norma norma dan kebudayaan setempat merupakan bagiannya. Individu akan berusaha menurut koentjaraningrat unsur unsur kepriadian meliputi pengetahuan, persaan, dan dorongan naluri.
Unsur dorongan naluri tidak kalah pentingnya untuk di pahami. Dorogan naluri adalah sesuatu yang selalu ada pada setiap manusia atau dengan kata lain merupakan sumber bahwa darilahir dengn tampa memperoleh pengetahuan apapun sebelumnya. Ada beberapa macam dorongan yang perlu diketahui yaitu :
1.      Dorongan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya.
2.      Dorongan sex
3.      Dorongan untuk mencari makan.
4.      Dorongan untuk berinteraksi dengan orang lain.Dorongan untuk meniru tingkah laku sesamanya.
5.      Dorongan untuk berbakti.
6.      Dorongan akan keindahan.
Kehadiran individu dalam suatu masyarakat biasanya ditandai dengan perilaku individu yang berusaha menempatkan dirinya dihadapan individu individu lainnya yang telah mempunyai pola pola perilaku yang sesuai denga norma norma dan kebudayaan ditempatnya.
Proses dari indvidu untuk menjadi pribadi, tidak hanya didukung dan dihambat oleh dirinya, tetapi juga didukung dan dihambat oleh kelompok sekitarnya.
·         Proses Destruktif dan Konstruktif
Dalam proses untuk menjadi pribadi ini, individu dituntut untuk menyesuaikan dengan lingkungan tempat ia berada. Lingkungan disini hendaknya diartikan sebagai lingkungan fisik dan lingkungan psikis. Di dalam lingkungan fisik, individu harus menyesuaikan dirinya dengan keadaan jasmaninya sedemikian rupa untuk berhadapan dengan individu lain dengan keadaan jasmaninya yang sama atau berbeda sama sekali.
Prasarana fisik yang sedemikian adanya harus dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan yang terdiri dari individu-individu yang menganut sistem yang lama.
Dalam hubungan dengan lingkungan kita nanti akan melihat apakah individu tersebut menyesuaikan dirinya secara alloplastis, yaitu individu di sini secara aktif mempengaruhi dan bahkan sering mengubah lingkungannya. Atau sebaliknya individu menyesuaikan diri secara padif (autoplastis), yaitu lingkungan yang akan membentuk pribadi seseorang. Pada diri individu yang destruktif kita jumpai kecenderungn untuk memenuhi kebutuhan psikis berlebihan.Biasanya mencari kepuasan temporal yang sering kali hanya dinikmatinya sendiri, dan kalau mungkin hanya oleh segelintir individu-individu lain yang menjadi kelompoknya, dan dalam melakukan ini, penampilannya akan ditandai oleh tindakan yang semata- mata rasional kearah masa depan.
·         Kompromistis dan Anti-Establishment
Sikap kompromis seseorang individu biasanya banyak disebabkan oleh cara-cara yang memenuhi kebutuhan-kebutuhan organik maupun kebutuhan psikologis. Sikap anti- establishment ini merupakan sikap individual yang berlebihan dalam hal individu berintaraksi dengan lingkungannya. Hal ini sangat erat kaitannya dengan usaha individu dalam pencarian identitas diri yang bersifat psikologis (in the search for self identity). Sehingga dalam proses pencarian, akan terlihat penggambaran mengenai waktu diri sendiri yang sangat dominan.
Perubahan dirasakan oleh hampir semua manusia dalam masyarakat. Perubahan dalam masyarakat tersebut wajar, mengingat manusia memiliki kebutuhan yang tidak terbatas. Kalian akan dapat melihat perubahan itu setelah membandingkan keadaan pada beberapa waktu lalu dengan keadaan sekarang. Perubahan itu dapat terjadi di berbagai aspek kehidupan, seperti peralatan dan perlengkapan hidup, mata pencaharian, sistem kemasyarakatan, bahasa, kesenian, sistem pengetahuan, serta religi/keyakinan.

1.      Perkembangan Individu

Pekembanga manusia yang wajar dan normal harus melalui proses pertumuhan dan perkembangan lahir dan batin. Dalam arti bahwa individu atau pribadi manusia merupakan keseluruhan jiwa raga yang mempunyi ciri khas tersendiri. Perkembangan individu menjadi seorang pribadi tidak hanya didukung dan dihambat oleh dirinya sendiri melainkan juga didukung dan ihambat oleh kelompok disekitarnya.
Menurut Mursid Sumaatmadja, kelengkapan dn keserasian anggota tubuh, ketajaman panca indra, susunan jaringan syaraf dan proses kerja hayat lainya. Besar pengaruhnya terhadap perkembangan potensi potensi seorang individu .
Pada masa dewasanya manusia lebih banyak menghadapi masalah hidup yang tidak dapat dihadapi dengan insting atau kebiasaan kebiasaan saja. Manusiapun mempunyai insting tetapi manusia tidak semata mata dikuasai oleh insting. Manusia mempuyai kemampuan kemampuan yang dapat berkemang kesegalah arah untuk menyesuiakan diri dangan keadaan yang silih berganti. Manusia mempunyai bebagai pembawaan, kesadaran, perasaan, cita cita, pikiran dan sebagainya yang kesemaunya berpengaruh terhdap hidupnya.
·         Teori Perkembangan

a)      Teori Navitisme (pembawaan)
Menurut Schopen Heur (Jerman) bahwa perkembangan itu semata mata ditentukan oleh sesuatu yang telah ada di dalam diri individu yang dibawa sejak lahir


b)      Teori Empirisme (pengalaman)
Menurut J. Locke (Inggris) bahwa perkemangan anak semata mata ditentukan oleh pengaruh pengaruh dari luar berdasarkan pendapat tersebut berarti :
Ø  Pembawaan kodrat (dasar, bakat, sifat sifat keturunan) dimiliki sejak lahir tidak diakui.
Ø  Peranan dari pembawaan, dasar, bakat tidak di akui

c)      Teori konvergensi (kerjasama peraduan)
Menurut W.stern (Jerman) bahwa perkembangan anak itu ditentukan oleh proses kerjasama atau perpaduan antara faktor faktor dalam dan fakor faktor luar.
d)     Teori Biogenetis (Teori ulangan)
Perkembangan suatu makhuk adalah ulangan dari pada perkembangan seluruh jenisnya.
·         Konsep Konsep perkembangan

a)      Konsepsi Asosiasi
Konsepsi  asosiasi ini berpendapat bahwa hakikatnya perkembangan manusia / individu merupakan proses asosiasi dimana bagian bagian lebih penting dari pada keseluruhan.
b)      Kosepsi Gestald
Konsepsi gestald ini berlawanan dengan konsepsi asosiasi, global dahulu baru bagian bagian. Konsepsi gestald ini mengatakan bahwa perkembangan itu adalah merupakan proses diferensiasi yaitu proses untuk memisah misahkan dan membedakan.
c)      Konsepsi Neo-gestald
Konsepsi ini menerangkan bahwa sturktur pribadi digambarkan terdiri dari lapisan dan makin besar anak, lapisan ini akan semakin bertambah.
d)     Konsepsi Sosiologis
Konsep ini menerangkan bahwa proses perkembangan seorang individu berasal dari proses sosialisasi.
e)      Konsepsi Freudianisme
Konsep ini menerangkan bahwa dorongan manusia pada mulanya berawal dari insting manusia itu sendidri yang belum mengenal batas dan menuntut terpenuhinya keinginan tersebut baik yang di benarkan oleh norma masyarakat atau tidak. Maka freud berpendapat bahwa pada dasarnya anak anak itu asosial. Maka anak itu dalam proses hidupnya individu. Mengalami perubahan dari anak anak, remaja, dan dewasa dengan adanya proses tersebut masyarakat membuat suatu aturan yang bisa mengatur hidup dalam bermasyarakat.

B.     Hakekat Manusia Sebagai Makhluk Sosial
Menurut kodratnya, Manusia adalah makhluk sosial atau makhluk bermasyarakat, selain itu juga diberikan yang berupa akal pikiran yang berkembang serta dapat dikembangkan. Dalam hubungannya dengan manusia sebagai makhluk sosial, manusia selalu hidup bersama dengan manusia lainnya. Dorongan masyarakat yang dibina sejak lahir akan selalu menampakan dirinya dalam berbagai bentuk, karena itu dengan sendirinya manusia akan selalu bermasyarakat dalam kehidupannya.
Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, juga karena pada diri manusia ada dorongan dan kebutuhan untuk berhubungan (interaksi) dengan orang lain, manusia juga tidak akan bisa hidup sebagai manusia kalau tidak hidup di tengah-tengah manusia. Tanpa bantuan manusia lainnya, manusia tidak mungkin bisa berjalan dengan tegak. Dengan bantuan orang lain, manusia bisa menggunakan tangan, bisa berkomunikasi atau bicara, dan bisa mengembangkan seluruh potensi kemanusiaannya.
Dapat disimpulkan, bahwa manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, karena beberapa alasan, yaitu :
1.      Karena manusia tunduk pada aturan yang berlaku.
2.      Perilaku manusia mengaharapkan suatu penilain dari orang lain.
3.      Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain.
4.      Potensi manusia akan berkembang bila ia hidup di tengah-tengah manusia.
Ciri manusia dapat dikatakan sebagai makhluk sosial adalah adanya suatu bentuk interaksi sosial didalam hubugannya dengan makhluk sosial lainnya yang dimaksud adalah dengan manusia satu dengan manusia yang lainnya. Secara garis besar faktor-faktor personal yang mempengaruhi interaksi manusia terdiri dari tiga hal yakni :
1.      Tekanan emosional. Ini sangat mempengaruhi bagaimana manusia berinteraksi satu sama lain.
2.      Harga diri yang rendah. Ketika kondisi seseorang berada dalam kondisi manusia yang direndahkan maka akan memiliki hasrat yang tinggi untuk berhubungan dengan orang lain kondisi tersebut dimana orang yang direndahkan membutuhkan kasih sayang orang lain atau dukungan moral untuk membentuk kondisi seperti semula.
3.      Isolasi sosial. Orang yang terisolasi harus melakukan interaksi dengan orang yang sepaham atau sepemikiran agar terbentuk sebuah interaksi ayang harmonis.

C.    Interaksi Sosial dan Sosialisasi

1.      Interaksi Sosial
Kata interaksi berasal dari kata inter dan action. Interaksi sosial adalah hubungan timbal balik saling mempengaruhi antara individu, kelompok sosial, dan masyarakat.Interaksi adalah proses di mana orang-oarang berkomunikasi saling pengaruh mempengaruhi dala pikiran danb tindakana. Seperti kita ketahui, bahwa manusia dalam kehidupan sehari-hari tidaklah lepas dari hubungan satu dengan yang lain.
Interaksi sosial antar individu terjadi manakala dua orang bertemu, interaksi dimulai: pada saat itu mereka saling menegeur, berjabat tangan, saling berbicara, atau bahkan mungkin berkelahi. Aktivitas-aktivitas semacam itu merupakan bentuk-bentuk dari interaksi sosial.
Interaksi sosial terjadi dengan didasari oleh faktor-faktor sebagai berikut
·         Imitasi adalah suatu proses peniruan atau meniru.
·         Sugesti adalah suatu poroses di mana seorang individu menerima suatu cara penglihatan atau peduman-pedoman tingkah laku orang lain tanpa dkritik terlebih dahulu. Yang dimaksud sugesti di sini adalah pengaruh pysic, baik yang datang dari dirinya sendiri maupuhn dari orang lain, yang pada umumnya diterima tanpa adanya kritik. Arti sugesti dan imitasi dalam hubungannya, dengan interaksi sosial adalaha hampir sama. Bedanya ialah bahwa imitasi orang yang satu mengikuti salah satu dirinya, sedangkan pada sugesti seeorang memberikan pandangan atau sikap dari dirinya, lalu diterima oleh orang lain di luarnya.
·         Identifikasi dalam psikologi berarti dorongan untuk menjadi identi (sama) dengan orang lain, baik secara lahiriah maupun batiniah.
·         Simpati adalah perasaan tertariknya orang yang satu terhadap orang yang lain. Simpati timbul tidak atas dasar logis rasional, melainkan berdasarkan penilain perasaan seperti juga pada proses identifikasi.

1)      Bentuk-bentuk Interaksi Sosial.
Bentuk-bentuk intraksi sosial dapat berupa kerja sama (cooperation), persaingan (competition), dan pertentangan (conflict). Suatu keadaan dapat dianggap sebagai bentuk keempat dari interaksi sosial, keempat pokok dari interaksi sosial tersebut tidak perlu merupakan kontinuitas dalam arti bahwa interaksi itu dimulai dengan adanya kerja sama yang kemudian menjadi persaingan serta memuncak menjadi pertiakain untuk akhirnya sampai pada akomodasi.
Gilin and Gilin pernah mengadakan pertolongan yang lebih luas lagi. Menurut mereka ada dua macam pross sosial yang timbul sebagaiu akibat adanya interaksi sosial, yaitu:
Ø  Proses Asosiatif, terbagi dalam tiga bentuk khusus yaitu akomodasi, asimilasi, dan akulturasi.
Ø  Proses Disosiatif, mencakup persaingan yang meliputi “contravention” dan pertentangan pertikain.
Adapun interaksi yang pokok proses-proses adalah:
a)      Bentuk Interaksi Asosiatif

v  Kerja sama (cooperation).
Kerja sama timbul karena orientasi orang perorangan terhadap kelompoknya dan kelompok lainnya.
v  Akomodasi (accomodation)
v  Kontraversi (contaversion).
Kontraversi bentuk interaksi yang berbeda antara persaingan dan pertentangan. Kontaversi ditandai oleh adanya ketidakpastian terhadap diri seseorang, perasaan tidak suka yang disembunyikannya dan kebencian terhadap kepribadian orang, akan tetapi gejala-gejala tersebut tidak sampai menjadi pertentangan atau pertikaian.
v  Pertentangan (conflict).
Pertentangan adalah suatu bentuk interaksi antar individu atau kelompok sosial yang berusaha untuk mencapai tujuannya dengan jalan menentang pihak lain disertai ancaman atau kekerasan. Pertentangan memiliki bentuk khusus, antara lain: pertentangan pribadi, pertentangan rasional, pertentangan kelas sosial, dan pertentangan politik.
2.      Sosialisasi.
Peter Berger mendefinisikan sosialisasi sebagai suatu proses di mana seorang anak belajar menjadi seorang anggota yang berpartisipasi dalam masyarakat (Berger, 1978:116).
Salah satu teori peranan dikaitkan sosialisasi ialah teori George Herbert Mead. Dalkam teorinya yang diuraikan dalam buku Mind, Self, and Society (1972). Mead menguraikan tahap-tahap pengembangan secara bertahap melalui interaksi dengan anggota masyarakat lain, yaitu melalui beberapa tahap-tahap play stage, game sytage, dan tahap generalized other.
Menurut Mead pada tahap pertama, play stage, seorang anak kecil mulai belajar mengambil peranan orang-orang yang berada di sekitarnya.
Pada tahap game stage seorang anak tidak hanya telah mengetahui peranan yang harus tetapi telah pula mengetahui peranan yang harus dijalankan oleh orang lain dengan siapa ia berinteraksi. Pada tahap ketiga sosialisasi, seseorang dianggap telah mampu mengambil peran-peran yang dijalankan orang lain dalam masyarakat yaitu mampu mengambil peran generalized others. Ia telah mampu berinteraksi denagn orang lain dalam masyarakat karena telah memahami peranannya sendiri serta peranan orang-orang lain dengan siapa ia berinteraksi.
Menurut Cooley konsep diri (self-concept) seseorang berkembang melalalui interaksinya dengan orang lain. Diri yang berkembang melalui interaksi dengan orang lain ini oleh Cooley diberi nama looking-glass self.
Cooley berpendapat looking-glass self terbentuk melalui tiga tahap. Tahap pertama seseorang mempunyai persepsi mengenaoi pandangan orang lain terhadapnya. Pada tahap berikut seseorang mempunyai persepsi mengenai penilain oreang lain terhadap penampilannya. Pada tahap ketiga seseorang mempunyai perasaan terhadap apa yang dirasakannya sebagai penilaian orang lain terhadapnya itu.
Pihak-pihak yang melaksanakan sosialisasi itu menurut Fuller and Jacobs (1973:168-208) mengidentifikasikan agen sosialisasi utama: keluarga, kelompok bermain, media massa, dan sistem pendidikan.
D.    Keluarga
Kelarga adalah unit/satuan masyarakat terecil yang sekaligus merupakan suatu kelompok kecil dalam masyarakat .Keluarga merupakan sebuah grup yang terbentuk dari perhimpunan laki laki dan perempuan yang berlangsung lama untuk menciptakan dan membesarkan anak anaknya. Jadi keluarga dalam bentuk yang murni merupakan suatu kesatuan sosial yang terdiri dari suami istri dan anak anak yang belum dewasa.
1.      Fungsi Keluarga

a.      Fungsi Hubungan Seksual
Mengenai fungsi seksual dalam keluarga dapat di kemukakan bahwa, privilage seksual yang diberikan kepada dua orang suami istri. Itu memperkokoh hubungan mereka didalam keluarga keluarga inti terseut di dalam melaksanakan fungi seksual dalam keluarga, tiap tiap masyarakat menyusun tata tertib berdasarkan atas nilai nilai sosial budaya dan faktor kebtuhan biologis.
b.      Fungsi Ekonomi
Untuk kegiatan hidupnya keluarga harus mengusahakan penghidupannya. Di dalam masyarakat yang sederhana, pembagian kerja dalam kerjasama ekonomi dilakukan antara anggota keluarga. Tugas anggota keluarga dan kerjasama ekonomi itu pada umumnya saling melengkapi. dan pembagian tugas serta pekerjaan yang di lakukan oleh anggota anggota keluarga seperti suami istri. Khususnya oleh para wanita pada umumnya lebih banyak ditentukan oleh faktor kebudayaan dari pada kondisi fisik maupun psikologi.
c.       Fungsi Reproduksi
Dorongan dasar dari manusia untuk melangsungkan kehidupan jenisnya menimbulkan basic needs untuk menimbulkan daya tarik seks, percintaan, pengorbanan menimbulkan seksual yang kemudian dapat menghasilkan keturunan.
d.      Fungsi Edukasi
Dari lingkungan keluarga tersebut anak belajar berbahasa, mengumpulkan pengertian pengertian dan menggunakan nilai nilai kebudayaan yang berlaku. Dia akan dibebankan dalam keluarga pada masa kanak kanak di sesuaikan dengan daya tangkap dan sifat sifat emosionalnya.

E.     Masyarakat
Menurut WJs. Poerwodarmato masyarakat adalah pergaulan hidup manusia dalam suatu tempat dengan ikatan ikatan dan aturan tertentu. Sedangkan menurut linton, masyarakat itu timbul dari setiap kumpulan individu individu yang telah cukup lama hidup dan bekerja sama. Dalam wakatu yang lama itu kelompok manusia yang belum terorganisasi mengalami proses fundamental yaitu adaptasi dan organisasi dari  tingkah laku dari anggota anggota.
Dapat disimpulkn bahwa masyarakat adalah kelompok manusia yang telah lama bertempat tinggal disuatau daerah tertentu dan mempunyai aturan yang mengatur tata hidup mereka untuk menuju kepeda tujuan yang sama.
Unsur Unsur Terbentuknya Masyarakat :
a)      Harus ada kelompok (perkumpulan) manusia dan harus bayak jumlahnya dan bukan mengumpulkan binatang.
b)      Telah berjalan dalam waktu yang lama dan bertempat tinggal dalam daerah tertentu.
c)      Adanya aturan (undang undang) yang mengatur mereke bersama
Faktor Faktor Yang Mendorong Manusia Hidup Bersama :
a)      Adanya dorongan seksual yaitu dorongan manusia untuk mengembangkan keturunan atau jenisnya.
b)      Adanya kenyataan bahwa manusia itu adalah seibu tidak bisa atau sebegai makhluk lemah. Karena itu mendesak atau mencari kekuatan bersama yang terdapat dalam perserikatan dengan orang lain sehingga mereka berlindung bersama sama dan mengejar kebutuhan hidup sehari hari.
c)      Adanya kesamaan keturunan, kesamaan teritorial, kesamaan nasib, kesamaan keyakinan/cita cita serta kesamaan kebudayaan.
Jika pembagian kerja bertambah kompleks suatu tanda bahwa kapasitas masyarakat semakin tinggi. Solidaritas didasarkan pada hubungan saling ketergantungan  antar kelompok masyarakat.
1)      Kelompok primer
Adalah kelompok yang ditandai ciri ciri saling mengenal antar anggota anggotanya serta kerja sama erat dan bersifat pribadi, sebagai salah satu hasil hubungan yang erat dan bersifat pribadi adalah peleburan indiviu individu dalam suatu kelompok sehingga tujujuan individu adalah tujuan kelompok.

2)      Kelompok Sekunder
Adalah kelompok yang tidak saling mengenal dalam hubungan secara langsung.

F.     Peranan Manusia Sebagai Mahluk Sosial Dan Mahluk Individu
Sebagai mahluk hidup yang berada di muka bumi ini keberadaan manusia adalah sebagai mahluk individu dan mahluk sosial, dalam arti manusia senantiasa tergantung dan atau berinteraksi dengan sesamanya. Dengan demikian, maka dalam kehidupan lingkungan sosial manusia senantiasa terkait dengan interaksi antara individu manusia, interaksi antar kelompok, kehidupan sosial manusia dengan lingkungan hidup dan alam sekitarnya, berbagai proses sosial dan interaksi sosial, dan berbagai hal yang timbul akibat aktivitas manusia seperti perubahan sosial.
Secara sosial sebenarnya manusia merupakan mahluk individu dan sosial yang mempunyai kesempatan yang sama dalam berbagai hidup dan kehidupan dalam masyarakat. Artinya setiap individu manusia memiliki hak, kewajiban dan kesempatan yang sama dalam menguasai sesuatu, misalnya bersekolah, melakukan pekerjaan, bertanggung jawab dalam keluarga serta berbagai aktivitas ekonomi, politik dan bahkan beragama.
Namun demikian, kenyataannya setiap individu tidak dapat menguasai atau mempunyai kesempatan yang sama. Akibatnya, masing-masing individu mempunyai peran dan kedudukan yang tidak sama atau berbeda. Banyak faktor yang menyebabkan itu bisa terjadi, misalnya kondisi ekonomi (ada si miskin dan si kaya), sosial (warga biasa dengan pak RT, dll), politik (aktivis partai dengan rakyat biasa), budaya (jago tari daerah dengan tidak) bahkan individu atau sekelompok manusia itu sendiri. Dengan kata lain, stratifikasi sosial mulai muncul dan tampak dalam kehidupan masyarakat tersebut.
Berbagai kelompok sosial tumbuh seiring dengan kebutuhan manusia untuk saling berinteraksi. Dalam berbagai kelompok sosial ini, manusia membutuhkan norma-norma pengaturannya. Terdapat norrma-norma sosial sebagai patokan untukbertingkah laku bagi manusia di kelompoknya. Norma-norma tersebut ialah:
·         Norma agama atau religi, yaitu norma yang bersumber dari Tuhan yang diperuntukkan bagi umat-Nya. Norma agama berisi perintah agar dipatuhi dan larangan agar dijauhi umat beragama. Norma agama ada dalam ajaran-ajaran agama.
·         Norma kesusilaan atau moral, yaitu norma yang bersumber dari hati nurani manusia untuk mengajak kepada kebaikan dan menjauhi keburukan. Norma moral bertujuan agar manusia berbuat baik secara moral. Orang berkelakuan baik adalah orang yang bermoral, sedangkan orang yang berkelakuan buruk adalah orang tidak bermoral atau amoral.
·         Norma kesopanan atau adat adalah norma yang bersumber dari masyarakat dan berlaku terbatas pada lingkungan masyarakat yang bersangkutan. Norma ini di maksudkan untuk menciptakan keharmonisan hubungan antarsesama.
·         Norma hukum, yaitu norma yang dibuat masyarakat secara remi (negara) yang pemberlakuannya dapat dipaksakan. Norma hukum yang brsifat tertulis.
Selain itu, norma dapat dibedakan pula menjadi empat macam berdasarkan kekuatan berlakunya dimasyarakat.
Ada norma yang daya ikatnya sangat kuat, sedang, dan ada pula norma yang daya ikatnya sangat lemah. Keempat jenis tersebut adalah cara (usage), kebiasaan (folkways), tata kelakuan (mores), dan adat istiadat (costum).
1)      Cara (usage)
Cara adalah bentuk kegiatan manusia yang daya ikatnya sangat lemah. Norma ini lebih menonjol dalam hubungn antarindividu atau perorangan. Pelanggaran terhadap norma ini tidak mengakibatkan hukuman yang berat, tetapi sekedar celaan. Contohnya cara makan, ada yang makan sambil berdiri dan ada yang makan sambil duduk. Cara makan sambil duduk dianggap lebih panas dibandingkan cara makan sambil bediri.
2)      Kebiasaan (falkways)
Kebiasaan adalah kegiatan atau perbuatan yang di ulang-ulang dalam bentuk yang sama oleh orang banyak kerana disukai. Norma ini lebih kuat daya ikatnya dari pada norma cara. Contohnya, kebiasaan salam bila bertemu.
3)      Tata kelakuan (mores)
Tata kelakuan adalah kebiasaan yang di anggap sebagai norma pengatur. Sifat norma ini disatu sisi sebagai pemaksa suatu perbuatan dan disisi lain sebagai suatu larangan. Dengan demikian, tata kelakuan dapat menjadi acuan agar masyarakat menyusuaikan diri dengan kelakuan yang ada serta meninggalkan perbuatan yang tidak sesui dengan tata kelakuan.
d. Adat istiadat (custom) Adat istiadat adalah kelakuan yang telah menyatu kuat dalam pola-pola perilaku sebuah masyarakat.

G.    Dilema Antara Kepentingan Individu Dan Kepentingan Sosial
Setiap yang disebut manusia selalu terdiri dari dua kepentingan, yaitu kepentingan individu yang termasuk kepentingan keluarga, kelompok atau golongan dan kepentingan masyarakat yang termasuk kepentingan rakyat . Dalam diri manusia, kedua kepentingan itu satu sama lain tidak dapat dipisahkan. Apabila salah satu kepentingan tersebut hilang dari diri manusia, akan terdapat satu manusia yang tidak bisa membedakan suatu kepentingan, jika kepentingan individu yang hilang dia menjadi lupa pada keluarganya, jika kepentingan masyarakat yang dihilangkan dari diri manusia banyak timbul masalah kemasyarakatan contohnya korupsi. Inilah yang menyebabkan kebingungan atau dilema manusia jika mereka tidak bisa membagi kepentingan individu dan kepentingan masyarakat.
1.      Pandangan Individualisme
Individualisme berpangkal dari konsep bahwa manusia pada hakikatnya adalah makhluk individu yang bebas. Paham ini memandang manusia sebagai makhluk pribadi yang utuh dan lengkap terlepas dari manusia yang lain. Pandangan individualisme berpendapat bahwa kepentingan individulah yang harus diutamakan. Yang menjadi sentral individualisme adalah kebebasan seorang individu untuk merealisasikan dirinya. Paham individualisme menghasilkan ideologi liberalisme. Paham ini bisa disebut juga ideologi individualisme liberal.
Paham individualisme liberal muncul di Eropa Barat (bersama paham sosialisme) pada abad ke 18-19. Yang dipelopori oleh Jeremy Betham, John Stuart Mill, Thomas Hobben, John Locke, Rousseau, dan Montesquieu. Beberapa prinsip yang dikembangkan ideologi liberalisme adalah sebagai berikut. Penjaminan hak milik perorangan. Menurut paham ini , pemilikan sepenuhnya berada pada pribadi dan tidak berlaku hak milik berfungsi sosial,
1.      Mementingkan diri sendiri atau kepentingan individu yang bersangkutan.
2.      Pemberian kebebasan penuh pada individu
3.      Persaingan bebas untuk mencapai kepentingannya masing-masing.
Kebebasan dalam rangka pemenuhan kebutuhan diri bisa menimbulkan persaingan dan dinamika kebebasan antar individu. Menurut paham liberalisme, kebebasan antar individu tersebut bisa diatur melalui penerapan hukum. Jadi, negara yang menjamin keadilan dan kepastian hukum mutlak diperlukan dalam rangka mengelola kebebasan agar tetap menciptakan tertibnya penyelenggaraan hidup bersama.
2.      Pandangan Sosialisme
Paham sosialisme ditokohi oleh Robert Owen dari Inggris (1771-1858), Lousi Blanc, dan Proudhon. Pandangan ini menyatakan bahwa kepentingan masyarakatlah yang diutamakan. Kedudukan individu hanyalah objek dari masyarakat. Menurut pandangan sosialis, hak-hak individu sebagai hak dasar hilang. Hak-hak individu timbul karena keanggotaannya dalam suatu komunitas atau kelompok.
Sosialisme adalah paham yang mengharapkan terbentuknya masyarakat yang adil, selaras, bebas, dan sejahtera bebas dari penguasaan individu atas hak milik dan alat-alat produksi. Sosialisme muncul dengan maksud kepentingan masyarakat secara keseluruhan terutama yang tersisih oleh system liberalisme, mendapat keadilan, kebebasan, dan kesejahteraan. Untuk meraih hal tersebut, sosialisme berpandangan bahwa hak-hak individu harus diletakkan dalam kerangka kepentingan masyarakat yang lebih luas.
Dalam sosialisme yang radikal/ekstem (marxisme/komunisme) cara untuk meraih hal itu adalah dengan menghilangkan hak pemilikan dan penguasaan alat-alat produksi oleh perorangan. Paham  marxisme/komunisme dipelopori oleh Karl Marx (1818-1883).
Paham individualisme liberal dan sosialisme saling bertolak belakang dalam memandang hakikat manusia. Dalam Declaration of Independent Amerika Serikat 1776, orientasinya lebih ditekankan pada hakikat manusia sebagai makhluk individu yang bebas merdeka, manusia adalah pribadi yang memiliki harkat dan martabat yang luhur. Sedangkan dalam Manifesto Komunisme Karl Marx dan Engels, orientasinya sangat menekankan pada hakikat manusia sebagai makhluk sosial semata. Menurut paham ini manusia sebagai makhluk pribadi yang tidak dihargai. Pribadi dikorbankan untuk kepentingan negara.
Dari kedua paham tersebut terdapat kelemahannya masing-masing. Individualisme liberal dapat menimbulkan ketidakadilan, berbagai bentuk tindakan tidak manusiawi, imperialisme, dan kolonialisme, liberalisme mungkin membawa manfaat bagi kehidupan politik, tetapi tidak dalam lapangan ekonomi dan sosial.  Sosialisme dalam bentuk yang ekstrem, tidak menghargai manusia sebagai pribadi sehingga bisa merendahkan sisi kemanusiaan. Dalam negara komunis mungkin terjadi kemakmuran, tetapi kepuasan rohani manusia belum tentu terjamin.














BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Manusia adalah sebagai makhluk individu dalam arti tidak dapat dipisahkan antara jiwa dan raganya oleh karena itu dalam proses perkembangannya perlu keteraduan antara perkembangan jasmani maupun rohani. Namun keluarga adalah sebagai suatu tempat untuk memenuhu hasrat  dan keinginannya baik secara biologis maupun psikis. Sedangkan masyarakat adalah suatu wadah bagi individu dan individu lainnya membentuk suatu sosialisasi atau hubungan yang lebih luas.

B.     Saran
Selain menarik kesimpulan di atas, kami juga memberikan saran yaitu. Sebagai mahluk indvidu yang berpendidikan dan sadar akan ketergantungan kita  terhadap individu lain , Sebaiknya kita harus mengetahui peran ataupun fungsi kita sebagai makhluk individu maupun social.
Agar tidak terjadi kesalah pahaman ataupun pertikaian dalam proses sosialisasi , yang dapat mengganggu ketentraman hidup individu – individu lainya .



 









Daftar kepustakaan

Ø  Gazalba, srdi. 1967. Kebudayaan sebagai ilmu. Djakarta ; pustaka setia
Ø  H. M. Arifin noor. 1997. Ilmu sosial dasar. Bandung ; cv. Putaka setia
Ø  Hartomo dan anircun aziz. 1997. Ilmu sosial dasar. Jakarta ; Bumi aksara
Ø  Sidi gazalba, kebudayaan sebagai ilmu. (Djakarta, pustaka Antara 1967) hal 105.
Ø  H.M. Arifin Noor, Ilmu Sosial Dasar (Badung; cu. Putaka setia. 1997) hal 78-79
Ø  Hartomo dan Anircun aziz. Ilmusosial dasar (Jakarta; Bumi Sksara. 1997) hal 61





1 comment:

  1. Aku suka degan materi ini, pas dgan materi kuliah yang di beri DOSEN.

    ReplyDelete