A.
Rangkaian Pertemuan Para Pemimpin APEC Blake Island, 20 November 1993
Dengan tuan rumah Presiden Amerika Serikat Bill Clinton, para Pemimpin APEC
mengadakan Pertemuan Informal untuk pertama kalinya di Blake Island, Seattle,
Washington. Pada pertemuan tersebut disepakati bahwa Visi APEC adalah :
·
Memanfaatkan kekuatan dari keberagaman ekonomi negara
anggota memperkuat kerja sama dalam rangka meningkatkan kemak-muran
·
Membangun semangat keter-bukaan dan kemitraan yang mendalam;
·
Mencapai pertumbuhan ekonomi yang dinamis dan
berkelanjutan;
·
Berperan serta dalam memper-kuat perekonomian dunia;
·
Mendorong terciptanya sistem perdagangan internasional
yang terbuka;
·
Mengurangi hambatan perda-gangan dan investasi;
·
Memanfaatkan kemajuan di bidang telekomunikasi dan
transportasi;
·
Melindungi kualitas udara, air, dan kawasan hijau;
·
Mengatur dan memperbaharui sumber-sumber energi untuk
memberikan rasa aman pada masa yang akan datang.
B. Bogor, 15
November 1994
Pada Pertemuan Para Pemimpin APEC kedua ini yang menjadi pokok bahasan
adalah arah ekonomi APEC pada 25 tahun mendatang. Dalam deklarasi mereka yang
dikenal dengan “Declaration of Common Resolve” , Para Pemimpin ekonomi
menyetujui untuk menentukan sasaran mengenai waktu perdagangan dan investasi
bebas di wilayah APEC, yakni:
·
Tahun 2010 bagi anggota ekonomi maju (industrialized
economies);
·
Tahun 2020 bagi anggota ekonomi yang sedang berkembang
(developing economies).
Selanjutnya APEC akan memberikan kesempatan bagi anggota ekonomi yang
sedang berkembang untuk meningkatkan pertumbuhan dan pembangunan ekonominya
secara berkesinam-bungan dan pembangunan yang merata dalam rangka menjaga
kestabilan perekonomiannya.
C. Osaka, 19
November 1995
Pada pertemuan ketiga di Osaka, Jepang, Para Pemimpin APEC mulai
menterjemahkan Visi Blake Island and Declaration of Common Resolve/ Bogor dalam
suatu cetak biru untuk melaksanakan komitmen mereka atas perdagangan dan
invesatsi yang bebas dan terbuka, fasilitasi bisnis, dan kerja sama ekonomi
serta kerjasama tehnik antar anggota. Agenda pembahasan yang dikenal dengan
Aksi Osaka terdiri dari dua bagian pokok yaitu:
·
Bagian pertama, menyangkut masalah liberalisasi dan
fasilitasi perdagangan dan invesatsi,
·
Bagian kedua, menyangkut kerja sama ekonomi dan tehnik
di bidang energi dan transportasi, infrastruktur, usaha kecil dan menengah, dan
teknologi pertanian.
Untuk mewujudkan pelaksanaan Agenda Aksi Osaka ini telah ditetapkan
Rekening Khusus untuk pembiayaan proyek-proyek yang mendukung agenda tersebut.
D. Manila, 25
November 1996
Pertemuan keempat Para Pemimpin APEC telah meng-hasilkan suatu rencana aksi
yang dikenal dengan nama Manila Action Plan for APEC atau MAPA, di antaranya
Rencana Aksi Individual (RAI) dan Rencana Aksi Kolektif (RAK). Dalam pertemuan
ini dilaporkan kemajuan atas kegiatan bersama para anggota APEC untuk mencapai
sasaran Deklarasi Bogor mengenai perdagangan dan investasi yang bebas dan
terbuka di wilayah APEC pada tahun 2010 dan 2020; serta kegiatan bersama di
antara para anggota sesuai dengan bagian kedua dari Agenda Aksi Osaka. MAPA
menyerukan enam thema untuk Aksi tersebut, yaitu :
·
Peningkatan akses pada pasar barang;
·
Peningkatan akses pada pasar jasa,
·
Sistem investasi yang terbuka,
·
Penurunan biaya usaha,
·
Sektor infrastruktur yang terbuka dan efisien,
·
Peningkatan kerja sama ekonomi dan teknik.
Dalam rangka
kerja sama ekonomi dan tehnik ditetapkan enam bidang kerja sama, yaitu:
·
Pengembangan sumber daya manusia,
·
Pengembangan pasar modal yang aman dan efisien,
·
Upaya memperkuat infrastruktur ekonomi,
·
Pemanfaatan teknologi masa depan,
·
Peningkatan pertumbuhan yang berkesinambungan,
·
Pertumbuhan usaha kecil dan menengah.
E. Vancouver,
November 1997
Dalam Pertemuan kelima Para Pemimpin APEC, Para Pemimpin menegaskan kembali
komitmen dan keinginan mereka atas usaha untuk mengembangkan Rencana Aksi
Individu (RAI) dan memperbaiki Rencana Aksi tersebut setiap tahun. Para
Pemimpin APEC mengesahkan kesepakatan para menteri APEC yang menyatakan bahwa
Aksi Individu tersebut akan dilaksanakan sejalan dengan liberalisasi sektoral
sukarela yang dipercepat (Early Voluntary Sectoral Liberalization atau
disingkat EVSL) pada 15 sektor dengan ketentuan akan diajukan pada tahun 1998,
dan dilaksanakan mulai tahun 1999.
Para Pemimpin APEC yakin bahwa partisipasi penuh dan aktif dari para
anggota ekonomi dalam mendukung WTO merupakan kunci pokok bagi kemampuan APEC
untuk melanjutkan dan memperkuat sistem perdagangan global. Para Pemimpin juga
menyambut baik kemajuan forum-forum APEC dalam melibatkan dunia usaha, para
akademisi dan ahli, kelompok wanita dan pemuda dalam kegiatan pada tahun 1997,
serta mendorong mereka untuk melanjutkan usaha-usaha tersebut.
F. Kuala
Lumpur, November 1998
Pertemuan keenam ini menitikberatkan pada strengthening the Foundation for
Growth. Para Pemimpin APEC menegas-kan keyakinannya atas fundamental ekonomi
yang kuat dan prospek pulihnya ekonomi Asia Pasifik. Mereka menyetujui untuk
mengejar suatu strategi pertumbuhan secara bersama guna mengakhiri krisis
keuangan. Mereka menjanjikan usaha-usaha memperkuat jaring pengaman sosial,
sistem keuangan, arus perdagangan dan investasi, penerapan ilmu dan teknologi,
pengembangan sumber daya manusia, infrastruktur ekonomi, dan keterkaitan antara
usaha dan perdagangan sehingga memberikan dasar dan penetapan langkah untuk
menuju pertumbuh-an yang berkesinambungan pada abad 21.
Pada Pertemuan tersebut disetujui pula mengenai Kuala Lumpur Action Program
on Skills Development yang bertujuan untuk mendukung terciptanya pertumbuhan
yang berkesinam-bungan serta merata, yaitu dengan mengurangi disparitas ekonomi
dan mengembangkan kehidupan sosial masyarakat melalui pengembangan
keahlian/kecakapan.
G. New Zealand,
12-13 September 1999
Fokus utama pertemuan ketujuh Para Pemimpin APEC adalah untuk merespon
krisis keuangan Asia 1997, menanam-kan kembali kekuatan pertum-buhan dan
investasi di wilayah APEC dengan mendorong liberali-sasi dan fasilitasi
perdagangan dan investasi, serta memperkuat kapasitas kelembagaan dan sumber
daya manusia. Pada per-temuan New Zealand ini ada tiga pokok thema yang
dibahas, yaitu :
·
Liberalisasi dan fasilitasi perdagangan dan investasi,
usaha memperkuat pasar,
·
Upaya mengembangkan du-kungan terhadap APEC.
H. Brunei
Darussalam, 15-16 November 2000
Pada tanggal 15-16 November 2000, Para Pemimpin APEC mengadakan pertemuan
ke-8 di Bandar Seri Begawan. Ada 3 subtema yang dibahas pada pertemuan
tersebut, yaitu : Building Stronger Foundations, Creating New Opportunities,
dan Making APEC Matter More. Pembahasan tersebut menekan-kan pada kelanjutan
usaha penguatan pasar, pemanfaatan revolusi teknologi, dan peningkatan hubungan
dengan masyarakat APEC secara luas. Subtema-subtema tersebut dirancang untuk
mengakomodasi 3 bidang yang merupakan prioritas utama bagi kegiatan APEC tahun
2000, yakni : Usaha Kecil dan Menengah (UKM), Sumber Daya Manusia (SDM), dan
Teknologi Informasi (TI).
Pada tahun 2001 di Shanghai, Republik Rakyat Cina, APEC mengadopsi Shanghai
Accord, yang terfokus pada perluasan Visi APEC, memperjelas Roadmap to
Bogor dan memperkuat mekanisme implementasi. Pertemuan juga mengadopsi
e-APEC Strategy, yang menentukan agenda untuk memperkuat market structures and
institutions, memfasilitasi investasi infrastruktur dan teknologi untuk
transaksi secara on-line serta mendorong kewirausahaan dan capacity building.
Pertemuan di Shanghai menghasilkan Counter-Terrorism Statement APEC yang
pertama dan merupakan awal pembahasan isu keamanan dalam APEC.
J.
26 – 27 Oktober 2002 , Meksiko
Pertemuan pada tahun 2002 di Los Cabos, Meksiko berhasil mengadopsi Trade Facilitation
Action Plan, Policies on Trade and the Digital Economy and Transparency
Standards. Pertemuan menghasilkan pula Counter-Terrorism Statement yang kedua
dan mengadopsi inisiatif Secure Trade in the APEC Region (STAR)
K. 20 – 21
Oktober 2003 , Thailan Bangkok
Pada tahun 2003 di Bangkok, Thailand, pertemuan sepakat untuk mendorong
negosiasi WTO Doha Development Agenda (WTO DDA) dan melihat bahwa Free Trade
Agreements, Regional Trade Agreements, Bogor Goals dan system perdagangan
multilateral di bawah skema WTO yang pada prinsipnya bersifat saling
komplementer.
L. 20 – 21
November 2004 , Chili Santiago
Pertemuan ke-12 Para Pemimpin Ekonomi APEC yang diselenggarakan di
Santiago, Chile, tanggal 20 – 21 November 2004, telah menghasilkan Deklarasi
para Pemimpin yang berjudul: Santiago Declaration: “One Community, Our Future”.
Sedangkan Pertemuan Tingkat Menteri (APEC Ministerial Meeting/AMM) telah
menghasilkan Joint Ministerial Statement AMM ke-16.
M. 18 – 19
November 2005 , Korsel Busan
Pada tahun 2005 di Busan, Korea Selatan, Para Pemimpin Ekonomi APEC sepakat
untuk meluncurkan ”Busan Roadmap to Bogor Goals”, melakuakan Mid-Term Stock
Take/ evaluasi atas capaian anggota ekonomi APEC dalam merealisasikan Bogor
Goals. Selain itu, para Pemimpin Ekonomi APEC juga mengeluarkan sebuah
pernyataan bersama yang berisi dukungan kuat APEC atas penyelesaian negosiasi
Doha Development Agenda di WTO.
N. 18 – 19
November 2006 , Vietnam Hanoi
Saat pelaksanaan Vietnam . Tema yang diambil untuk penyelenggaraan
APEC tahun adalah “Towards a Dynamic Community for Sustainable
Development and Prosperity” dengan Sub Tema “Enhancing Trade and Investment
with the Busan Roadmap and Doha Development Agenda,
Strengthening Economic and Technical Cooperation for Gap Bridging and Sustainable Development, Improving Secure and Favorable Business Environment, Promoting Community Linkages.” Sebagai perwujudan tema tersebut, telah ditetapkan 8 prioritas APEC 2006 sebagai berikut:
Strengthening Economic and Technical Cooperation for Gap Bridging and Sustainable Development, Improving Secure and Favorable Business Environment, Promoting Community Linkages.” Sebagai perwujudan tema tersebut, telah ditetapkan 8 prioritas APEC 2006 sebagai berikut:
·
Mendorong kerjasama APEC untuk meningkatkan
perdagangan dan investasi, melalui Dukungan APEC terhadap WTO atau Doha
Development Agenda (Support for the WTO DDA) Pengimplementasian Busan Roadmap
to Bogor Goals
·
Meingkatkan daya saing dari Usaha Kecil dan Menengah
·
Mendorong pemerataan kapasitas antar anggota Ekonomi
APEC melalui
pembangunan sumber daya manusia, Kerjasama di bidang IT, dan kemitraan untuk pembangunan.
pembangunan sumber daya manusia, Kerjasama di bidang IT, dan kemitraan untuk pembangunan.
·
Meningkatkan human security: Counter terrorism, health
security, Disaster Preparedness dan Energy Security.
·
Mendukung anti korupsi dan transparansi
·
Menghubungkan anggota-anggota Ekonomi APEC melalui
pariwisata dan pertukaran kebudayaan.
·
Mereformasi APEC menjadi organisasi yang lebih dinamis
dan efektif.
·
Mendorong komunikasi lintas budaya (Cross-cultural
Communication)
O. 8 – 9
September 2007 , Australia Sedney
Para Pemimpin Ekonomi Anggota APEC telah mengakhiri Pertemuan Tingkat
Pemimpin Ekonomi APEC di Sydney pada tanggal 9 September 2007. Sebagai hasil
dari rangkaian pertemuan APEC tersebut, para Pemimpin Ekonomi APEC telah
menyepakati agenda aksi pengurangan emisi gas rumah kaca global melalui suatu
deklarasi yang disebut Sydney APEC Leaders’ Declaration on Climate Change,
Energy Security and Clean Development. Dalam agenda aksi tersebut,
ekonomi anggota APEC telah memutuskan diantaranya rencana untuk meningkatkan
jumlah hutan di kawasan Asia-Pasifik sebanyak 20 juta hektar pada tahun 2020,
dengan maksud mengurangi 1.4 trilyun ton karbon, atau mengurangi 11% emisi
global. Selain itu, para pemimpin ekonomi APEC juga telah memutuskan
agenda aksi untuk mengurangi intensitas energi sebanyak 25% pada tahun 2030.
Dalam pembahasan isu perubahan iklim tersebut, Presiden RI yang mendapatkan
kehormatan sebagai pembicara pertama pada retreat sesi pertama, telah
menyampaikan inisiatif Indonesia untuk menyelamatkan terumbu karang di kawasan
melalui suatu Coral Triangle Initiatives: Coral Reef, Fisheries and Food
Security. Inisiatif Indonesia tersebut telah mendapatkan sambutan
positif dari para pemimpin ekonomi APEC lainnya dan masuk sebagai bagian dari
agenda aksi deklarasi tersebut.
Presiden RI secara khusus juga menekankan pentingnya pengintegrasian
dimensi pembangunan dan pengentasan kemiskinan dalam pembahasan perubahan
iklim. Selain itu, Presiden RI telah menyampaikan rencana Indonesia
untuk menyelenggarakan Pertemuan 8 Negara Pemilik Hutan Terbesar di Dunia (F8)
di sela sela High-Level Meeting on Climate Change di UN pada
bulan September 2007 serta rencana pertemuan Menteri Keuangan dan Menteri Perdagangan
di sela pertemuan konferensi negara pihak UNFCCC di Bali pada tanggal 3-12
Desember 2007.
Salah satu keputusan penting para Pemimpin APEC lainnya sebagaimana yang
tercantum dalam Deklarasi Pertemuan Para Pemimpin Ekonomi APEC ke 15 adalah
kesepakatan untuk mempercepat upaya-upaya untuk mendorong integrasi ekonomi
regional, termasuk mengeksplorasi gagasan Free Trade Area in Asia Pacific
(FTAAP). Hal ini diharapkan dapat tercapai melalui upaya pengurangan lebih jauh
hambatan di bidang perdagangan dan investasi, perbaikan lingkungan bisnis,
efisiensi ekonomi serta peningkatan integrasi di sejumlah sector
khususnya transportasi, telekomunikasi, pertambangan dan energi.
Selain mengeluarkan deklarasi yang bersifat umum dan mengenai Climate
Change, para Pemimpin Ekonomi APEC telah mengeluarkan Statement on the WTO
Negotiations sebagai bentuk dukungan politis bagi upaya penyelesaian
perundingan DDA di WTO. Pada kesempatan tersebut, Presiden Amerika Serikat dan
Rusia telah mengumumkan secara resmi keputusannya untuk menjadi tuan rumah
pertemuan APEC masing-masing pada tahun 2011 dan 2012. Mengenai moratorium
keanggotaan APEC, para Pemimpin Ekonomi APEC sepakat untuk memperpanjang
moratorium keanggotaan APEC paling tidak hingga tahun 2010.
P. 22 – 23 November 2008 , Peru Lima
Pertemuan Pemimpin Ekonomi APEC (APEC Economic Leader’s Meeting/AELM) ke 16
telah diselenggarakan pada tanggal 22-23 November 2008 di Lima,
Peru dengan menghasilkan sejumlah komitmen-komitmen baru dalam
deklarasi Sixteenth APEC Economic Leaders’ Meeting yang kemudian dikenal
dengan sebutan ”Deklarasi Lima”.
Pertemuan AELM ini dihadiri sejumlah Pemimpin Ekonomi dari 21
anggota ekonomi APEC antara lain : Australia, Brunei Darussalam, Kanada,
Chile, China, China Taipei, Hong Kong (China), Indonesia, Jepang, Korea
Selatan, Malaysia, Meksiko, Selandia Baru, Papua Nugini, Peru, Filipina,
Rusia, Singapura, Thailand, Amerika Serikat dan Vietnam.
Sebelum dilakukan Pertemuan AELM didahului dengan pertemuan-pertemuan
persiapan meliputi : APEC Concluding SOM/CSOM tanggal 16-17
November 2008, dilanjutkan dengan APEC Ministerial Meeting/AMM
tanggal 19-20 November 2008 yang dihadiri oleh para Menteri Luar Negeri
dan Menteri Perdagangan dari 21 anggota ekonomi APEC.
Pertemuan yang mengambil tema "A New Commitment to Asia Pacific
Development" telah menekankan pentingnya untuk
mengurangi kesenjangan antara negara maju dan
berkembang di antara negara anggota APEC. Disamping itu komitmen untuk
memperkuat dimensi sosial dalam globalisasi dan menjamin semua
anggota APEC dan semua sektor ekonomi dapat mengakses kemampuan dan
kesempatan berpartisipasi di dalamnya, dan memperoleh keuntungan dari
perdagangan dan investasi regional dan global.
APEC sebagai forum kerjasama ekonomi Asia Pasifik merupakan kekuatan
ekonomi yang sangat besar, namun demikian mencermati perkembangan
situasi ekonomi akhir-akhir ini, tentunya APEC tidak dapat
melepaskan diri dari pengaruh krisis keuangan global, oleh karena itu,
APEC diharapkan dapat menjadi bagian dari solusi dalam memecahkan
krisis keuangan global pada saat ini.
Dalam deklarasi disebutkan bahwa krisis keuangan global pada saat ini
adalah salah satu tantangan ekonomi yang serius yang pernah
dihadapi anggota ekonomi APEC. Komitmen APEC untuk dapat bertindak
cepat dan tegas dengan mengarahkan perlambatan pertumbuhan
ekonomi yang akan terjadi. APEC menyambut baik kebijakan pemberian
stimulus fiskal dan moneter yang disediakan oleh anggota
ekonomi APEC dan akan mengambil semua langkah ekonomi dan finansial yang
terukur yang dapat memecahkan krisis, serta mengambil tindakan yang
diperlukan untuk menawarkan harapan kepada sebagian besar yang
membutuhkan. Pemecahan APEC ini untuk mengarahkan
memburuknya situasi ekonomi, dan mendukung percepatan terhadap
penyelesaian WTO Doha Development Agenda.
Secara umum Pertemuan Pemimpin Ekonomi APEC ke 16 telah menghasilkan
kesepakatan-kesepakatan yang dituangkan dalam bentuk dokumen
meliputi : Sixteenth APEC Economic Leaders' Meeting Declaration, Lima
APEC Leaders' Statement on the Global Economy, serta pengesahan Lima Anti
Corruption Declaration on Financial Markets Integrity dan Progress
Report on 2008 Regional Economic Integration.
Komitmen-komitmen baru dalam Pertemuan Pemimpin Ekonomi
APEC ke 16, merefleksikan prospektif kerjasama ekonomi APEC dan
kontribusinya dalam membantu pembangunan ekonomi anggota
APEC. Beberapa komitmen-komitmen dalam Deklarasi Sixteenth APEC Economic
Leaders Meeting, yang akan menjadi prospektif
progressive kerjasama ekonomi APEC antara lain :
- Komitmen melakukan integrasi ekonomi regional Asia Pasifik dan pencapaian Bogor Goal untuk mendukung pertumbuhan, pembangunan dan perbaikan yang cepat dari perlambatan global akhir-akhir ini, serta pilihan-pilihan yang memungkinkan kawasan perdagangan bebas Asia pasifik.
- Komitmen melakukan Reformasi Struktural sebagai agenda sentral APEC yang mengintegrasikan tiga pilar perdagangan dan liberalisasi investasi, fasilitas bisnis, ekonomi serta kerjasama teknik.
- Komitmen memperbaiki ketahanan pangan di Asia Pasifik dengan memperhatikan kenaikan harga pangan global dan mendukung strategi yang komprehensif untuk mengatasi hal tersebut.
- Komitmen mendorong Corporate Social Responsibility (CSR) bersifat voluntary dalam strategi dan operasionalisasi bisnis yang mendukung pembangunan berkelanjutan.
- Komitmen memerangi korupsi dan mengembangkan strategi anti korupsi yang komprehensif di antara anggota APEC dan menyambut baik Lima Anti Corruption Declaration on Financial Market Integrity through Efective Public-Private Partnership.
- Komitmen memperkuat kerjasama dan pengembangan kapasitas APEC melalui APEC's Program of Economic and Technical Cooperation (ECOTECH) .
- Komitmen memberantas terorisme dan keamanan perdagangan regional. Meningkatkan Human Security dan perlindungan bisnis dan perdagangan kawasan. Semua kegiatan terorisme adalah kriminal dan tidak dibenarkan. Terorisme dalam semua bentuk dan manifestasi merupakan ancaman bagi perdamaian, keamanan masyarakat dan kepercayaan agama.
- Komitmen mengurangi resiko, kesiaptanggapan dan manajemen bencana alam dengan meningkatkan koordinasi yang diperlukan sebagai pengaturan menejamen bencana dan meningkatkan fokus yang diperlukan dalam mengurangi resiko bencana, emergency prepardness dan pengembangan kemampuan manajemen bencana domestik.
- Komitmen mendukung kerjasama jangka panjang yang efektif untuk menempatkan perubahan iklim didasarkan pada United Nations Framework Convention on Climate Change, sesuai dengan prinsip kebersamaan tetapi kemampuan dan tanggungjawab yang berbeda. Mendukung kontribusi positif para pemimpin Ekonomi APEC terhadap UNFCCC serta menyampaikan kembali komitmen pada the Sydney APEC Leaders' Declaration on Climate Change, Energy Security and Clean Development.
- Komitmen memperkuat proses kelembagaan APEC untuk menjamin perubahan yang responsif dan cepat dalam lingkungan global. Kerjasama APEC dapat memberikan hasil yang lebih baik dalam menghadapi tantangan internasional.
Para
pemimpin ekonomi negara-negara anggota Forum Kerjasama Ekonomi Asia Pasifik
(APEC), di Istana, Singapura, Minggu siang, dijadwalkan menyepakati Deklarasi
"Sustaining Growth, Connecting the Region" (Memelihara Pertumbuhan,
Menyatukan Kawasan).
Menurut
informasi dari laman resmi APEC SIngapura 2009, upacara penandatangani
deklarasi itu dilakukan selama sekitar 30 menit, 12.15-12.45 waktu setempat.
Deklarasi tingkat pemimpin ekonomi APEC itu boleh jadi terutama akan menyoroti
mengenai upaya-upaya untuk memelihara pertumbuhan ekonomi dengan mencari tipe
pertumbuhan ekonomi yang paling sesuai guna mencegah terulangnya krisis
keuangan.
Sebelumnya
dalam CEO Summit APEC (pertemuan puncak para pemimpin perusahaan besar APEC),
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan bahwa dunia internasional perlu
berhati-hati dalam menerapkan apapun juga tipe pertumbuhan ekonomi untuk keluar
dari krisis keuangan global yang disebut-sebut telah usai, karena situasi
perekonomian saat ini masih cukup rentan
Deklarasi
itu juga berpeluang mewadahi komitmen para pemimpin APEC mengenai konsep
penyatuan kawasan Asia Pasifik dan komitmen untuk menentang proteksionisme.
Salah satu agenda pembahasan dalam pertemuan puncak ke-17 APEC adalah
pencapaian "Target Bogor" (Bogor Goals) yaitu menciptakan kawasan
perdagangan bebas bagi negara-negara maju anggota APEC pada 2010. Sebelumnya,
Direaktur Kerjasama Intra Kawasan Asia Pasifik dan Afrika Departemen Luar
Negeri Ibnu Hadi menyebutkan bahwa dalam pertemuan itu pemerintah Indonesia
akan mengingatkan negara-negara APEC akan Target Bogor. Sementara itu menurut
keterangan tertulis dari Chen Hwai Liang, Sekretaris Media Perdana Menteri
Singapura Lee Hsien Loong, dalam sesi pertama pertemuan informal para pemimpin
ekonomi APEC menyepakati dorongan politik untuk menyelesaikan Putaran Doha pada
akhir 2010. Para pemimpin ekonomi APEC dijadwalkan melakukan dua kali pertemuan
informal, 14-15 November 2009. Disebutkan dalam pertemuan itu bahwa ada
keperluan mendesak ketika perundingan menuju tahap akhir, itikad politik kuat
penting untuk mengatasi kebuntuan.
Dalam
upayanya untuk mempertahankan kawasan pasar bebas, para pemimpin APEC juga
menekankan kembali komitmen mereka untuk menolak segala bentuk proteksionisme,
kata pernyataan tertulis itu. Dalam pertemuan informal yang berlangsung lebih
kurang dua jam itu para pemimpin ekonomi APEC juga membahas sebuah visi jangka
panjang dari Kawasan pasar Bebas Asia Pasifik (FTAAP). Ada konsensus di antara
para pemimpin bahwa negara-negara APEC harus meningkatkan upayanya untuk
mewujudkan visi itu, dengan meletakkan suatu dasar dan mengeksplorasi segala
bentuk yang mungkin. Terkait hal itu, menurut pernyataan itu, sejumlah pemimpin
ekonomi menyoroti Perjanjian Kemitraan Ekonomi Strategis Trans-Pasifik (TPP)
sebagai salah satu cara yang mungkin digunakan untuk mencapai visi itu. Mereka
juga menyambut baik pengumuman Presiden Amerika Serikat Barack Obama bahwa AS
akan terlibat dengan TPP.
Perdana
Menteri Singapura Lee Hsien Loong pada kesempatan itu mengatakan bahwa langkah
signifikan seperti TPP penting untuk membantu menjaga momentum dalam upaya APEC
mewujudkan visi FTAAP. APEC merupakan forum yang terbentuk dan perkembangannya
dipengaruhi antara lain oleh kondisi politik dan ekonomi dunia saat itu yang
berubah secara cepat di Uni Soviet dan Eropa Timur.
Selain
itu dipengaruhi kekhawatiran gagalnya perundingan Putaran Uruguay yang akan
menimbulkan proteksionisme dengan munculnya kelompok regional serta timbulnya
kecenderungan saling ketergantungan diantara negara-negara di kawasan Asia
Pasifik. Forum yang dibentuk 1989 di Canbera-Australia itu telah melaksanakan
langkah besar dalam menggalang kerja sama ekonomi sehingga menjadi suatu forum
konsultasi, dialog. Sebagai lembaga informal yang kerja sama ekonominya berpedoman
melalui pendekatan keterbukaan bersama berdasarkan sukarela, melakukan
inisiatif secara kolektif dan untuk mendukung keberhasilannya dilakukan
konsultasi yang intensif terus menerus di antara 21 ekonomi anggota.
R.
Kerjasama
Ekonomi Asia-Pasifik Yokohama jepang 2010
Pada
pertemuan KTT ke-18 APEC tahun 2010 di Yokohama, Jepang, para Pemimpin APEC
mendeklarasikan “Yokohama Vision –Bogor and Beyond-“. Dalam deklarasi tersebut,
para Pemimpin APEC kembali menegaskan relevansi dan arti penting Bogor Goals
sebagai sebuah tujuan visioner dalam mewujudkan liberalisasi perdagangan dan
investasi di kawasan Asia Pasifik. Dalam deklarasi tersebut, para Pemimpin APEC
juga menyampaikan komitmen untuk mencapai perdagangan dan investasi yang lebih
bebas dan terbuka dengan kualitas pertumbuhan yang lebih tinggi di dalam
lingkungan sosial dan ekonomi yang aman di kawasan.
Tahun
2010 merupakan tahun penting yang menjadi salah satu tonggak kerja sama APEC,
karena pada tahun ini dilakukan penilaian pencapaian Bogor Goals terhadap yang
dilakukan terhadap 5 (lima) anggota Ekonomi Maju, yang terdiri dari Australia,
Kanada, Jepang, Selandia Baru, dan Amerika Serikat. 13. Selain kelima
Ekonomi Maju tersebut, terdapat 8 (delapan) Ekonomi Berkembang yang mengajukan
diri untuk dinilai secara sukarela, yang terdiri dari Peru, Cili, Meksiko,
Singapura, Hong Kong-China, Korea Selatan, Chinese Taipei, dan Malaysia.
Terkait hasil penilaiantersebut, para Pemimpin APEC sepakat bahwa ketiga belas
Ekonomi 2010 telah mencapai kemajuan yang signifikan bagi pencapaian Bogor
Goals. Meski demikian, para Pemimpin APEC juga menggarisbawahi bahwa masih
banyak hal yang perlu dilakukan (more work remains to be done) guna mencapai
liberalisasi perdagangan dan investasi di kawasan Asia Pasifik.
Para
Pemimpin APEC juga sepakat untuk mewujudkan strategi pertumbuhan yang bersifat
seimbang, inklusif, berkelanjutan, inovatif, dan aman (balanced, inclusive,
sustainable, innovative, and secure) yang tertuang dalam dokumen APEC Leaders’
Growth Strategy.
Terkait
wacana pembentukan Free Trade Area of the Asia-Pacific (FTAAP), para Pemimpin
APEC sepakat bahwa perundingan dan pembentukan FTAAP akan dilakukan di luar
kerangka APEC dengan menggunakan kerangka kerja sama (building block) yang
telah ada di kawasan seperti Trans-Pacific Partnership (TPP), ASEAN +3 dan
ASEAN +6. Sementara itu, kerja sama APEC akan tetap bersifat sukarela, tidak
mengikat dan mengedepankan kerja sama ekonomi dan teknik dan pengembangan
kapasitas yang bersifat strategis dan berorientasi hasil. APEC akan berperan
sebagai inkubator bagi pembahasan isu-isu perdagangan dan investasi generasi
baru (next generation of trade and investment issues)
Pada
tahun keketuaan APEC Amerika Serikat 2011, APEC akan memprioritaskan pembahasan
pada tiga bidang, yaitu isu-isu perdagangan dan investasi generasi baru,
pertumbuhan hijau (green growth) dan kerja sama reformasi regulasi (regulatory
reform).
T.
Kerjasama
Ekonomi Asia-Pasifik Vladivostok Rusia
2012
Pada
tahun 2012 Rusia mengetuai forum Kerjasama Ekonomi Asia Pasifik (APEC). Kota
Vladivostok dipersiapkan untuk menyelenggarakan KTT APEC. Bagi kami ini adalah
bukan saja misi kehormatan, melainkan juga tugas yang sangat penting. Toh,
Rusia adalah bagian yang tak bisa dipisahkan dari kawasan Asia Pasifik yang
luas dan semakin maju itu. Pentingnya kawasan ini bagi pembangunan
sosial-ekonomi Rusia, terutama bagi Siberia dan Timur Jauh, merupakan suatu
kenyataan. Oleh karena itu salah satu prioritas kami yang tak bisa dipersoalkan
lagi adalah interaksi dengan negara-negara Asia Pasifik di bidang perdagangan
dan penanaman modal serta keikutsertaan aktif dalam integrasi regional.
Kami
punya yang bisa ditawarkan kepada mitra-mitra kami untuk mengatasi masalah
energi, transportasi, ilmu dan teknologi, pelestarian alam di kawasan Asia
Pasifik; untuk mengembangkan dialog antarperadaban yang luas dan lengkap dan
menjamin secara komprehensif stabilitas politik-militer di kawasan ini; untuk
secara efektif berinteraksi di bidang penanggulangan bencana dan pemberantasan
terorisme.
Dalam
Deklarasi pemimpin APEC (APEC Leaders Declaration) yang diadopsi di Hawai
tercantum secara jelas bahwa “kawasan kita adalah pelopor pertumbuhan global”
(“our region is now the vanguard for global growth”). Dan Rusia sebagai Ketua
forum ini akan membuat sebanyak mungkin guna memperkokoh posisi Asia Pasifik
yang terdepan ini.
Apa
yang kami ingin buat secara konkrit? Pertama-tama kami bertekad melestarikan
kesinambungan dalam kerja APEC. Kami juga akan berupaya untuk mengembangkan
secara konstruktif agenda tradisional Forum ini.
Arah
kunci kerja kami adalah terus meliberalisasikan kegiatan di bidang perdagangan
dan investasi di Asia Pasifik serta memperkokoh integrasi ekonomi regional.
Kami mengharapkan meraih hasil-hasil praktis dari kerjasama dalam trek-trek ini
yang fundamental bagi APEC. Sesudah Rusia menjadi anggota Organisasi
Perdagangan Dunia (WTO) wakil-wakil negara kami mendapatkan peluang ikut serta
dalam pembahasan isu-isu liberalisasi perdagangan secara sepenuhnya. Justru
posisi bersatu ekonomi-ekonomi APEC harus membantu mereka keluar dari jalan
buntu dalam proses perundingan perdagangan multilateral dan membuat perundingan
ini lebih konstruktif.
Partisipasi
aktif dalam integrasi regional adalah pilihan yang kami sadari dan, pada
pendapat saya, itulah satu-satunya pilihan yang benar. Mengingat penyelesaian
proses masuknya Rusia ke WTO yang bersukses, kami siap bersama dengan Kazakstan
dan Belarus yaitu sebagai Uni Bea Cukai membahas persetujuan-persetujuan
mengenai perdagangan bebas (FTA) dengan ekonomi-ekonomi APEC. Hal ini serta
potensi Ruang Ekonomi Bersatu bisa membuka arah aktivitas integrasi APEC yang
mempunyai kualitas baru dan menciptakan prospek-prospek perluasan pasar Asia
Pasifik ke seluruh benua Eurasia.
Rusia berniat mendorong peningkatan kerjasama dalam
kerangka APEC untuk menjamin keamanan pangan. Seperti semua ekonomi-ekonomi
anggota APEC kami berkepentingan dalam adanya produk makanan yang terjangkau
secara fisik dan ekonomi serta berkualitas tinggi dan aman. Tanggung jawab
sosial pemerintah-pemerintah di periode pascakrisis terus meningkat dan hal ini
menegaskan keperluan kita untuk menciptakan arsitektur pasar-pasar pangan yang
mantap serta menurunkan fluktuasi harga-harga di pasar-pasar itu. Selain itu,
penting juga terus mencari dana untuk menjamin pengembangan pertanian
berdasarkan pada peningkatan investasi timbal balik, penggunaan teknologi
modern, dan pematuhan terhadap standar-standar mutu.
Prospek-prospek perkembangan integrasi di Asia
Pasifik berhubungan erat dengan kebutuhan untuk menyempurnakan sistem
transportasi dan logistik atau (seperti yang sering dinamakan oleh
anggota-anggota APEC) untuk menjamin konektivitas rantai-rantai produksi dan
penjualan di kawasan tersebut. Rusia siap menawarkan akses ke koridor
transportasinya yang merupakan jalan terdekat yang menghubungkan Asia dengan
Eropa. Kami mengerti bahwa jalan-jalan itu harus dimodernisasi, hal mana akan
memerlukan investasi besar. Hal ini akan kita bahas dengan mitra-mitra kami dan
saya yakin, bahwa mereka akan berminat terhadap tawaran kami. Kami sudah
mempunyai hasil kerja praktis dalam penggunaan teknologi modern di bidang
transportasi, antara lain mengenai rute-rute dan penanganan kargo-kargo,
pengawasan gerakan wahana-wahana pengangkutan.
Untuk menjamin pertumbuhan ekonomi yang stabil
diperlukan orientasi terhadap pembangunan inovatif. Tema ini yang adalah salah
satu prioritas bagi Rusia direspon secara aktif oleh mitra-mitra kami di APEC.
Rusia akan mendorong interaksi yang luas antara universitas-universitas,
pusat-pusat penelitian dan perusahaan-perusahaan kita. Kerjasama di bidang
pendidikan dan pengembangan potensi manusia juga sangat penting, dan
perlindungan kekayaan intelektual menjadi semakin aktual. Kami juga melihat
peluang untuk memajukan prakarsa bersama di bidang-bidang tersebut dalam APEC.
Rusia adalah salah satu pemasok energi utama ke
pasar global, tetapi kami berniat berfokus di APEC tidak hanya pada tema
penjualan bahan bakar. Hal ini tentu sangat penting hari ini, tetapi kami juga
harus pikir tentang besok. Oleh karena itu, kami akan terus mempromosikan
diskusi konstruktif mengenai spektrum luas penjaminan keamanan energi serta
pertumbuhan “hijau”.
Kawasan Asia-Pasifik adalah salah satu kawasan yang
paling rentan terhadap berbagai bencana. Gempa bumi dan tsunami, bencana
antropogenik dan epidemi menuntut kita melipatgandakan upaya kita untuk
meningkatkan persiapan ekonomi anggota APEC terhadap bencana alam dan keadaan
darurat lainnya.
Selama masa keketuaan Rusia di APEC Forum itu akan
terus memfokus pada kerjasama di bidang pemberantasan terorisme dan kejahatan
lintas batas. Saya pikir bahwa tidak ada yang akan mempertanyakan pentingnya
aspek kegiatan APEC.
Ini adalah bidang utama kegiatan Rusia di bawah
motto, "Integrasi untuk tumbuh, inovasi untuk makmur." Saya yakin
bahwa dengan usaha bersama pada tahun 2012 kita akan berhasil memperdalam
integrasi Asia-Pasifik yang akan memberi manfaat pertumbuhan ekonomi dan
kemakmuran di kawasan ini.
U.
Kerjasama
Ekonomi Asia-Pasifik Indonesia Bali 2013
Konferensi
Tingkat Tinggi negara-negara kerja sama ekonomi Asia Pasifik (KTT APEC) pada
7-8 Oktober 2013 ini telah menghasilkan tujuh kesepakatan. Hal ini diharapkan
bisa diterapkan di tiap-tiap negara anggota APEC.
Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) didampingi 21 pemimpin negara APEC mengatakan
bahwa para pemimpin APEC telah menyelesaikan berbagai agenda secara sukses. “KTT
ini telah berjalan baik dan memberikan hasil yang sangat produktif,” ujar SBY
dalam Leaders Press Conference di Sofitel, Nusa Dua, Bali, Selasa (8/10/2013).
APEC
tahun ini mengambil tema “Resilient Asia Pacific-Engine of Global Growth”. Dari
hasil pertemuan ini, para pemimpin APEC menyepakati beberapa hal strategis.
Pertama,
para pemimpin menyepakati untuk memperkuat agenda Bogor Goals. Untuk itulah,
para pemimpin APEC bersepakat untuk memperkuat, mendorong, dan membuka
kesempatan bagi seluruh pemangku kepentingan berpartisipasi dalam agenda APEC
dan saling memberikan keuntungan bagi semua.
Kedua,
para pemimpin APEC sepakat meningkatkan intra-APEC untuk infrastruktur,
membangun kapasitas, dan memfungsikan perdagangan multilateral. “Referensi
terhadap perdagangan multilateral ini adalah pengenalan pada perdagangan di
antara anggota APEC yang membawa keuntungan lebih pada ekonomi dan kesuksesan
dalam kerja sama multilateral di kawasan,” kata Presiden SBY.
Ia
menyebutkan, para pemimpin APEC mendorong hal ini dengan membuat kesepakatan
perdagangan multilateral yang dapat diangkat dalam pertemuan WTO di Bali pada
Desember 2013.
Ketiga,
para pemimpin APEC setuju untuk meningkatkan konektivitas institusi dan sumber
daya manusia di antara anggota APEC. Untuk itulah, dibuat konektivitas yang
menitikberatkan pada investasi dan infrastruktur. Para pemimpin APEC
menyampaikan bahwa hal ini akan mengurangi biaya produksi dan transportasi,
serta memperkuat bahan baku dan memperkuat iklim usaha di antara anggota APEC.
Di waktu yang sama, pembangunan infrastruktur akan menciptakan peluang
pekerjaan.
Keempat,
para pemimpin APEC memastikan pertumbuhan yang kuat, inklusif, dan
berkelanjutan. Para pemimpin APEC bersepakat untuk memfasilitasi dan memperkuat
Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), serta perempuan pegusaha dan muda.
Kelima,
memperkuat ketahanan pangan. Tujuan dari agenda ini adalah menghadapi tantangan
pertumbuhan dan perubahan iklim. "Dengan pertemuan di Bali ini, para
pemimpin mulai melihat permasalahan ini secara menyeluruh,” ungkap Presiden.
Keenam,
para pemimpin APEC bersepakat untuk meningkatkan sinergi dan melengkapi dengan
kerja sama multilateral yang lain seperti East Asia Summit dan G-20. Hal ini
menjadi sangat penting karena dunia ini dibentuk dengan berbagai arsitek
ekonomi yang berbeda.
Ketujuh,
kerja sama di dunia usaha antarnegara APEC sangat penting untuk mencapai free
and open trade investment. Terkait meningkatkan keikutsertaan Usaha Kecil
dan Menengah, kaum muda dan perempuan, Presiden SBY mengatakan bahwa pelaku
usaha UMKM merupakan tulang punggung perekonomian Indonesia.
No comments:
Post a Comment