Kewirausahaan (Inggris: Entrepreneurship) atau Wirausaha
adalah proses mengidentifikasi, mengembangkan, dan membawa visi ke dalam
kehidupan. Visi tersebut bisa berupa ide inovatif, peluang, cara yang lebih
baik dalam menjalankan sesuatu. Hasil akhir dari proses tersebut adalah
penciptaan usaha baru yang dibentuk pada kondisi risiko atau ketidakpastian. Kewirausahaan
memiliki arti yang berbeda-beda antar para ahli atau sumber acuan karena
berbeda-beda titik berat dan penekanannya. Richard Cantillon (1775), misalnya,
mendefinisikan kewirausahaan sebagai bekerja sendiri (self-employment).
Seorang wirausahawan membeli barang saat ini pada harga tertentu dan menjualnya
pada masa yang akan datang dengan harga tidak menentu. Jadi definisi ini lebih
menekankan pada bagaimana seseorang menghadapi risiko atau ketidakpastian.
Berbeda dengan para ahli lainnya, menurut Penrose (1963)
kegiatan kewirausahaan mencakup indentfikasi peluang-peluang di dalam sistem
ekonomi sedangkan menurut Harvey Leibenstein (1968, 1979) kewirausahaan
mencakup kegiatan yang dibutuhkan untuk menciptakan atau melaksanakan
perusahaan pada saat semua pasar belum terbentuk atau belum teridentifikasi
dengan jelas, atau komponen fungsi produksinya belum diketahui sepenuhnya dan
menurut Peter Drucker, kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu
yang baru dan berbeda. Orang yang melakukan kegiatan kewirausahaan disebut wirausahawan. Muncul pertanyaan mengapa seorang wirausahawan (entrepreneur)
mempunyai cara berpikir yang berbeda dari manusia pada umumnya. Mereka
mempunyai motivasi, panggilan jiwa, persepsi dan emosi yang sangat terkait
dengan nilai nilai, sikap dan perilaku sebagai manusia unggul.
Pengertian Secara Etimologi
Kewirausahaan berasal dari kata wira dan usaha. Wira
berarti pejuang, pahlawan, manusia unggul, teladan, berbudi luhur, gagah berani
dan berwatak agung. Usaha adalah perbuatan amal, bekerja, dan berbuat sesuatu.
Jadi wirausaha adalah pejuang atau pahlawan yang berbuat sesuatu.
Sejarah kewirausahaan
Wirausaha secara historis sudah dikenal sejak diperkenalkan oleh Richard
Castillon pada tahun 1755. Di luar negeri, istilah kewirausahaan telah dikenal
sejak abad 16, sedangkan di Indonesia baru dikenal pada akhir abad 20. Beberapa
istilah wirausaha seperti di Belanda dikenadengan ondernemer, di Jerman
dikenal dengan unternehmer. Pendidikan kewirausahaan mulai dirintis
sejak 1950-an di beberapa negara seperti Eropa, Amerika, dan Kanada. Bahkan
sejak 1970-an banyak universitas yang mengajarkan kewirausahaan atau manajemen
usaha kecil. Pada tahun 1980-an, hampir 500 sekolah di Amerika Serikat
memberikan pendidikan kewirausahaan. DI Indonesia, kewirausahaan dipelajari
baru terbatas pada beberapa sekolah atau perguruan tinggi tertentu saja.
Sejalan dengan perkembangan dan tantangan seperti adanya krisis ekonomi,
pemahaman kewirausahaan baik melalui pendidikan formal maupun
pelatihan-pelatihan di segala lapisan masyarakat kewirausahaan menjadi
berkembang.
Proses kewirausahaan
Menurut Carol Noore yang dikutip oleh Bygrave, proses kewirausahaan diawali
dengan adanya inovasi. Inovasi tersebut dipengeruhi oleh berbagai faktor baik
yang berasal dari pribadi maupun di luar pribadi, seperti pendidikan,
sosiologi, organisasi, kebudayaan dan lingkungan. Faktor-faktor tersebut
membentuk ‘’locus of control’’, kreativitas, keinovasian, implementasi, dan pertumbuhan yang kemudian berkembangan
menjadi wirausahawan yang besar. Secara internal, keinovasian dipengaruhi
oleh faktor yang bersal dari individu, seperti locus of control,
toleransi, nilai-nilai, pendidikan, pengalaman. Sedangkan faktor yang berasal
dari lingkungan yang memengaruhi diantaranya model peran, aktivitas, dan
peluang. Oleh karena itu, inovasi berkembang menjadi kewirausahaan melalui
proses yang dipengaruhi lingkungan, organisasi, dan keluarga.
KARAKTERISTIK
KEWIRAUSAHAAN
1. Motif Berprestasi Tinggi
Para ahli mengemukakan bahwa
seseorang memiliki minat berwirausaha karena adanya motif tertentu, yaitu motif
berprestasi (achievement motive). Menurut Gede Anggan Suhanda (dalam Suryana,
2003 : 32) Motif berprestasi ialah suatu nilai sosial yang menekankan pada
hasrat untuk mencapai yang terbaik guna mencapai kepuasan secara pribadi.
Faktor dasarnya adalah kebutuhan yang harus dipenuhi. Seperti yang dikemukakan
oleh Maslow (1934) tentang teori motivasi yang dipengaruhi oleh tingkatan
kebutuhan kebutuhan, sesuai dengan tingkatan pemuasannya, yaitu kebutuhan fisik
(physiological needs), kebutuhan akan keamanan (security needs), kebutuhan
harga diri (esteem needs), dan kebutuhan akan aktualisasi diri
(self-actualiazation needs). Menurut Teori Herzberg, ada dua faktor motivasi,
yaitu:
Kebutuhan berprestasi wirausaha terlihat dalam bentuk tindakan untuk melakukan sesuatu yang lebih baik dan lebih efisien dibandingkan sebelumnya. Wirausaha yang memiliki motif berprestasi pada umumnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut (Suryana, 2003 : 33-34)
1.
Ingin mengatasi sendiri kesulitan
dan persoalan-persoalan yang timbul pada dirinya.
2.
Selalu memerlukan umpan balik yang
segera untuk melihat keberhasilan dan kegagalan.
3.
Memiliki tanggung jawab personal
yang tinggi
4.
Berani menghadapi resiko dengan
penuh perhitungan.
5.
Menyukai tantangan dan melihat
tantangan secara seimbang (fiftyfifty). Jika tugas yang diembannya sangat
ringan, maka wirausaha merasa kurang tantangan, tetapi ia selalu menghindari
tantangan yang paling sulit yang memungkinkan pencapaian keberhasilan sangat
rendah.
Motivasi (Motivation) berasal dari
bahasa latin “movere” yang berarti to move atau menggerakkan, (Steers and
Porter, 1991:5), sedangkan Suriasumantri (hal.92) berpendapat, motivasi
merupakan dorongan, hasrat, atau kebutuhan seseorang. Motif dan motivasi
berkaitan erat dengan penghayatan suatu kebutuhan berperilaku tertentu untuk
mencapai tujuan. Motif menghasilkan mobilisasi energi (semangat) dan menguatkan
perilaku seseorang. Secara umum motif sama dengan drive.
Beck (1990: 19), berdasarkan
pendekatan regulatoris, menyatakan “drive” sama seperti sebuah kendaraan yang
mempunyai suatu mekanisme untuk membawa dan mengarahkan perilaku seseorang.
Sejalan dengan itu, berdasarkan
teori atribusi Weiner (Gredler, 1991: 452) ada dua lokus penyebab seseorang
berhasil atau berprestasi. Lokus penyebab instrinsik mencakup (1) kemampuan,
(2) usaha, dan (3) suasana hati (mood), seperti kelelahan dan kesehatan. Lokus
penyebab ekstrinsik meliputi (1) sukar tidaknya tugas, (2) nasib baik
(keberuntungan), dan (3) pertolongan orang lain. Motivasi berprestasi
mengandung dua aspek, yaitu (1) mencirikan ketahanan dan suatu ketakutan akan
kegagalan dan (2) meningkatkan usaha keras yang berguna dan mengharapkan akan
keberhasilan (McClelland, 1976: 74-75).
Namun, Travers (1982:435) mengatakan bahwa ada dua kategori penting dalam motivasi berprestasi, yaitu mengharapkan akan sukses dan takut akan kegagalan.
Namun, Travers (1982:435) mengatakan bahwa ada dua kategori penting dalam motivasi berprestasi, yaitu mengharapkan akan sukses dan takut akan kegagalan.
Uraian di atas menunjukkan bahwa
setidak-tidaknya ada dua indikator dalam motivasi berprestasi (tinggi), yaitu
kemampuan dan usaha. Namun, bila dibandingkan dengan atribusi intrinsik dari
Wainer, ada tiga indikator motivasi berprestasi tinggi yaitu: kemampuan, usaha,
dan suasana hati (kesehatan). Berdasarkan uraian di atas, hakikat motivasi
berprestasi dalam penelitian ini adalah rangsangan-rangsangan atau daya dorong
yang ada dalam diri yang mendasari kita untuk belajar dan berupaya mencapai
prestasi belajar yang diharapkan
.
2.
Selalu Perspektif
Seorang wirausahawan hendaknya
seorang yang mampu menatap masa dengan dengan lebih optimis. Melihat ke depan
dengan berfikir dan berusaha. Usaha memanfaatkan peluang dengan penuh
perhitungan. Orang yang berorientasi ke masa depan adalah orang yang memiliki
persepktif dan pandangan kemasa depan. Karena memiliki pandangan jauh ke masa
depan maka ia akan selalu berusaha untuk berkarsa dan berkarya (Suryana, 2003 :
23).
Kuncinya pada kemampuan untuk
menciptakan sesuatu yang baru serta berbeda dengan yang sudah ada. Walaupun dengan risiko yang mungkin
dapat terjadi, seorang yang perspektif harus tetap tabah dalam mencari peluang
tantangan demi pembaharuan masa depan. Pandangan yang jauh ke depan membuat
wirausaha tidak cepat puas dengan karsa dan karya yang sudah ada. Karena itu ia
harus mempersiapkannya dengan mencari suatu peluang.
3. Memiliki
Kreatifitas Tinggi
Menurut Teodore Levit, kreativitas
adalah kemampuan untuk berfikir yang baru dan berbeda. Menurut Levit,
kreativitas adalah berfikir sesuatu yang baru (thinking new thing), oleh karena
itu enurutnya kewirausahaan adalah berfikir dan bertindak sesuatu yang baru
atau berfikir sesuatu yang lama dengan cara-cara baru. Menurut Zimmerer dalam
buku yang ditulis Suryana (2003 : 24) dengan judul buku “Entrepreneurship And
The New Venture Formation”, mengungkapkan bahwa ide-ide kreativitas sering
muncul ketika wirausaha melihat sesuatu yang lama dan berfikir sesuatu yang
baru dan berbeda. Oleh karena itu kreativitas adalah menciptakan sesuatu dari
yang asalnya tidak ada (generating something from nothing). Inovasi adalah
kemampuan untuk menerapkan kreativitas dalam rangka memecahkan
persolan-persolan dan peluang untuk meningkatkan dan memperkaya kehidupan
(inovation isthe ability to apply creative solutions to those problems ang
opportunities to enhance or to enrich people’s live). “Sometimes creativity
involves generating something from nothing. However, creativity is more likely
to result in colaborating on the present, in putting old things together in the
new ways, or in taking something away to create something simpler or better”.
Dari definisi diatas, kreativitas mengandung pengertian, yaitu :
a) Kreativitas
adalah menciptakan sesuatu yang asalnya tidak ada.
b) Hasil
kerjasama masa kini untuk memperbaiki masa lalu dengan cara baru.
c) menggantikan
sesuatu dengan sesuatu yang lebih sederhana dan lebih baik.
Menurut Zimmerer(1996:7),
“creativity ideas often arise when entrepreuneurs look at something old and
think something new or different”. Ide-ide kreativitas sering muncul ketika
wirausaha melihat sesuatu yang lama dan berpikir sesuatu baru dan berbeda. Oleh
karena itu kreativitas adalah nenciptakan sesuatu dari yang asalnya tidak ada
(generating something from nothing). Rahasia kewirausahaan adalah dalam menciptakan
nilai tambah barang dan jasa terletak pada penerapan kreativitas dan inovasi
untuk memecahkan masalah dan meraih peluang yang dihadapi tiap hari (applying
creativity and inovation to solve the problems and to exploit opportunities
that people face every day). Berinisiatif ialah mengerjakan sesuatu tanpa
menunggu perintah. Kebiasaan berinisiatif akan melahirkan kreativitas (daya
cipta) setelah itu melahirkan inovasi. Menurut Zimmerer ada tujuh langkah
proses berpikir kreatif dalam kewirausahaan, yaitu:
Tahap
1: Persiapan (Preparation)
Tahap
2: Penyelidikan (Investigation)
Tahap
3: Transformasi (Transpormation)
Tahap
4: Penetasan (Incubation)
Tahap
5: Penerangan (Illumination)
Tahap
6: Pengujian (Verification)
Tahap
7: Implementasi (Implementation)
4. Memiliki
Perilaku Inovatif Tinggi
Menjadi wirausaha yang handal
tidaklah mudah. Tetapi tidaklah sesulit yang dibayangkan banyak orang, karena
setiap orang dalam belajar berwirausaha. Menurut Poppy King, wirausaha muda
dari Australia yang terjun ke bisnis sejak berusia 18 tahun, ada tiga hal yang
selalu dihadapi seorang wirausaha di bidang apapun, yakni: pertama, obstacle
(hambatan); kedua, hardship (kesulitan); ketiga, very rewarding life (imbalan
atau hasil bagi kehidupan yang memukau).
Sesungguhnya kewirausahaan dalam
batas tertentu adalah untuk semua orang. Mengapa? cukup banyak alasan untuk
mengatakan hal itu. Pertama, setiap orang memiliki cita-cita, impian, atau
sekurang-kurangnya harapan untuk meningkatkan kualitas hidupnya sebagai
manusia. Hal ini merupakan semacam “intuisi” yang mendorong manusia normal
untuk bekerja dan berusaha. “Intuisi” ini berkaitan dengan salah satu potensi
kemanusiaan, yakni daya imajinasi kreatif. Karena manusia merupakan
satu-satunya mahluk ciptaan Tuhan yang, antara lain, dianugerahi daya imajinasi
kreatif, maka ia dapat menggunakannya untuk berpikir. Pikiran itu dapat
diarahkan ke masa lalu, masa kini, dan masa depan. Dengan berpikir, ia dapat
mencari jawabanjawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan penting seperti: Dari manakah
aku berasal? Dimanakah aku saat ini? Dan kemanakah aku akan pergi? Serta apakah
yang akan aku wariskan kepada dunia ini?
Dalam buku Berwirausaha Dari Nol
telah dapat disampaikan bahwa mereka:
a) digerakkan
oleh ide dan impian,
b) lebih
mengandalkan kreativitas,
c) menunjukkan keberanian,
d) percaya
pada hoki, tapi lebih percaya pada usaha nyata,
e) melihat
masalah sebagai peluang,
f) memilih
usaha sesuai hobi dan minat,
g) mulai
dengan modal seadanya,
h) senang
mencoba hal baru,
i) selalu
bangkit dari kegagalan, dan
j) tak
mengandalkan gelar akademis.
Sepuluh kiat sukses itu pada
dasarnya sederhana, tidak memerlukan orang-orang yang luar biasa. Orang dengan
IQ tinggi, sedang, sampai rendah dapat (belajar) melakukannya.
5. Selalu
Komitmen dalam Pekerjaan, Memiliki Etos Kerja dan Tanggung Jawab
Seorang wirausaha harus memiliki
jiwa komitmen dalam usahanya dan tekad yang bulat didalam mencurahkan semua
perhatianya pada usaha yang akan digelutinya, didalam menjalankan usaha
tersebut seorang wirausaha yang sukses terus memiliki tekad yang mengebu-gebu
dan menyala-nyala (semangat tinggi) dalam mengembangkan usahanya, ia tidak
setengah-setengah dalam berusaha, berani menanggung resiko, bekerja keras, dan
tidak takut menghadapi peluang-peluang yang ada dipasar. Tanpa usaha yang
sungguh-sunguh terhadap pekerjaan yang digelutinya maka wirausaha sehebat
apapun pasti menemui jalan kegagalan dalam usahanya. Oleh karena itu penting
sekali bagi seorang untuk komit terhadap usaha dan pekerjaannya.
6. Mandiri
atau Tidak Ketergantuangan
Sesuai dengan inti dari jiwa
kewirausahaan yaitu kemampuan untuk menciptakan seuatu yang baru dan berbeda
(create new and different) melaui berpikir kreatif dan bertindak inovatif untuk
menciptakan peluang dalam menghadapi tantangan hidup, maka wirausaha harus
mempunyai kemampuan kreatif didalam mengembangkangkan ide dan pikiranya
terutama didalam menciptakan peluang usaha didalam dirinya, dia dapat mandiri
menjalankan usaha yang digelutinya tanpa harus bergantung pada orang lain,
seorang wirausaha harus dituntut untuk selalu menciptakan hal yang baru dengan
jalan mengkombinasikan sumber-sumber yang ada disekitarnya, mengembangkan
teknologi baru, menemukan pengetahuan baru, menemukan cara baru untuk
menghasilkan barang dan jasa yang baru yang lebih efisien, memperbaiki produk
dan jasa yang sudah ada, dan menemukan cara baru untuk memberikan kepuasan
kepada konsumen.
7. Berani
Menghadapi Risiko
Richard Cantillon, orang pertama
yang menggunakan istilah entrepreneur di awal abad ke-18, mengatakan bahwa
wirausaha adalah yang menanggung risiko. Wirausaha dalam mengambil tindakan
hendaknya tidak didasari oleh spekulasi, melainkan perhitungan yang matang. Ia
berani mengambil risiko terhadap pekerjaannya karena sudah diperhitungkan. Oleh
sebab itu, wirausaha selalu berani mengambil risiko yang moderat, artinya
risiko yang diambil tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah. Keberanian
menghadapi risiko yang didukung komitmen yang kuat, mendorong wirausaha untuk
terus berjuang mencari peluang sampai memperoleh hasil.
Hasil-hasil itu harus nyata/jelas
dan objektif, dan merupakan umpan balik (feedback) bagi kelancaran kegiatannya
(Suryana, 2003 : 14-15). Kemauan dan kemampuan untuk mengambil risiko merupakan
salah satu nilai utama dalam kewirausahaan. Wirausaha yang tidak mau mengambil
risiko akan sukar memulai atau berinisiatif. Menurut Angelita S. Bajaro,
“seorang wirausaha yang berani menanggung risiko adalah orang yang selalu ingin
jadi pemenang dan memenangkan dengan cara yang baik” (Yuyun Wirasasmita, dalam
Suryana, 2003 : 21). Wirausaha adalah orang yang lebih menyukai usaha-usaha
yang lebih menantang untuk lebih mencapai kesuksesan atau kegagalan daripada
usaha yang kurang menantang. Oleh sebab itu, wirausaha kurang menyukai risiko
yang terlalu rendah atau terlalu tinggi. Keberanian untuk menanggung risiko
yang menjadi nilai kewirausahaan adalah pengambilan risiko yang penuh dengan
perhitungan dan realistis. Kepuasan yang besar diperoleh apabila berhasil dalam
melaksanakan tugas-tugasnya secara realistis. Wirausaha menghindari situasi
risiko yang rendah karena tidak ada tantangan, dan menjauhi situasi risiko yang
tinggi karena ingin berhasil.
8. Selalu
Mencari Peluang
Esensi kewirausahaan yaitu tanggapan
yang positif terhadap peluang untuk memperoleh keuntungan untuk diri sendiri
dan atau pelayanan yang lebih baik pada pelanggan dan masyarakat, cara yang
etis dan produktif untuk mencapai tujuan, serta sikap mental untuk
merealisasikan tanggapan yang positif tersebut. Pengertian itu juga menampung
wirausaha yang pengusaha, yang mengejar keuntungan secara etis serta wirausaha
yang bukan pengusaha, termasuk yang mengelola organisasi nirlaba yang bertujuan
untuk memberikanpelayanan yang lebih baik bagi pelanggan/masyarakat.
9. Memiliki
Jiwa Kepemimpinan
Seorang wirausaha yang berhasil
selalu memiliki sifat kepemimpinan, kepeloporan dan keteladanan. Ia selalu
ingin tampil berbeda, lebih dahulu, lebih menonjol. Debgan menggunakan
kemampuan kreativitas dan inovasi, ia selalu menampilkan barang dan jasa-jasa
yang dihasilkanya lebih cepat, lebih dahulu dan segera berada dipasar. Ia
selalu menampilkan produk dan jasa-jasa baru dan berbeda sehingga ia menjadi
pelopor yang baik dalam proses produksi maupun prmasaran. Ia selalu
memamfaatkan perbedaan sebagai suatu yang menambah nilai.
Karena itu, perbedaan bagi sesorang
yang memiliki jiwa kewirausahaan merupakan sumber pembaharuan untuk menciptakan
nilai. Ia selalu ingin bergaul untuk mencari peluang, terbuka untuk menerima
kritik dan saran yang kemudian dijadikan peluang. Leadership Ability adalah kemampuan
dalam kepemimpinan. Wirausaha yang berhasil memiliki kemampuan untuk
menggunakan pengaruh tanpa kekuatan (power), seorang pemimpin harus memiliki
taktik mediator dan negotiator daripada diktaktor. Semangat, perilaku dan
kemampuan wirausaha tentunya bervariasi satu sama lain dan atas dasar itu
wirausaha dikelompokkan menjadi tiga tingkatan yaitu: Wirausaha andal,
Wirausaha tangguh, Wirausaha unggul. Wirausaha yang perilaku dan kemampuannya
lebih menonjol dalam memobilisasi sumber daya dan dana, serta mentransformasikannya
menjadi output dan memasarkannya secara efisien lazim disebut Administrative
Entrepreneur. Sebaliknya, wirausaha yang perilaku dan kemampuannya menonjol
dalam kreativitas, inovasi serta mengantisipasi dan menghadapi resiko lazim
disebut Innovative Entrepreneur.
10. Memiliki
Kemampuan Manajerial
Salah satu jiwa kewirausahaan yang
harus dimiliki seorang wirausaha adalah kemampuan untuk memanagerial usaha yang
sedang digelutinya, seorang wirausaha harus memiliki kemampuan perencanaan ,
mengorganisasikan usaha, visualisasikan usaha, mengelola usaha dan sumber daya
manusia, mengontrol usaha, maupun kemampuan mengintergrasikan operasi
perusahaanya yang kesemuanya itu adalah kemampuan managerial yang wajib
dimiliki dari seorang wirausaha, tanpa itu semua maka bukan keberhasilan yang
diperoleh tetapi kegagalan uasaha yang diperoleh.
11. Memiliki
Kerampilan Personal
Wirausahawan Andal.
Wirausahawan andal memiliki ciri-ciri dan
cara-cara sebagai berikut:
Pertama Percaya
diri dan mandiri yang tinggi untuk mencari penghasilan dan keuntungan melalui
usaha yang dilaksanakannya. Kedua, mau dan mampu mencari dan menangkap
peluang yang menguntungkan dan memanfaatkan peluang tersebut. Ketiga,
mau dan mampu bekerja keras dan tekun untuk menghasilkan barang dan jasa yang
lebih tepat dan effisien. Keempat, mau dan mampu berkomunikasi, tawar
menawar dan musyawarah dengan berbagai pihak, terutama kepada pembeli. Kelima,
menghadapi hidup dan menangani usaha dengan terencana, jujur, hemat, dan
disiplin. Keenam, mencintai kegiatan usahanya dan perusahaannya secara
lugas dan tangguh tetapi cukup luwes dalam melindunginnya. Ketujuh, mau
dan mampu meningkatkan kapasitas diri sendiri dan kapasitas perusahaan dengan
memanfaatkan dan memotivasi orang lain (leadership/ managerialship) serta
melakukan perluasan dan pengembangan usaha dgn resiko yang moderat.
Faktor-faktor Yang Menyebabkan Kegagalan Wirausaha Menurut Zimmerer (dalam
Suryana, 2003 : 44-45) ada beberapa
faktor yang menyebabkan wirausaha
gagal dalam menjalankan usaha
barunya:
1. Tidak
kompeten dalam manajerial. Tidak kompeten atau tidak memiliki kemampuan dan
pengetahuan mengelola usahabmerupakan faktor penyebab utama yang membuat
perusahaan kurang berhasil.
2. Kurang
berpengalaman baik dalam kemampuan mengkoordinasikan, keterampilan mengelola
sumber daya manusia, maupun kemampuan mengintegrasikan operasi perusahaan.
3. Kurang
dapat mengendalikan keuangan. Agar perusahaan dapat berhasil dengan baik,
faktor yang paling utama dalam keuangan adalah memelihara aliran kas. Mengatur
pengeluaran dan penerimaan secara cermat. Kekeliruan dalam memelihara aliran
kasakan menghambat operasional perusahan dan mengakibatkan perusahaan tidak
lancar.
4. Gagal
dalam perencanaan. Perencanaan merupakan titik awal dari suatu kegiatan, sekali
gagal dalam perencanaan maka akan mengalami kesulitan dalam pelaksanaan.
5. Lokasi
yang kurang memadai. Lokasi usaha yang strategis merupakan faktor yang
menentukan keberhasilan usaha. Lokasi yang tidak strategis dapat mengakibatkan
perusahaan sukar beroperasi karena kurang efisien.
6. kurangnya
pengawasan peralatan. Pengawasan erat kaitannya dengan efisiensi dan
efektivitas. Kurang pengawasan dapat mengakibatkan penggunaan alat tidak
efisien dan tidak efektif.
7. Sikap
yang kurang sungguh-sungguh dalam berusaha. Sikap yang setengah-setengah
terhadap usaha akan mengakibatkan usaha yang dilakukan menjadi labil dan gagal.
Dengan sikap setengah hati, kemungkinan gagal menjadi besar.
8. Ketidakmampuan
dalam melakukan peralihan/transisi kewirausahaan. Wirausaha yang kurang siap menghadapi
dan melakukan perubahan, tidak akan menjadi wirausaha yang berhasil.
Keberhasilan dalam berwirausaha hanya bisa diperoleh apabila berani mengadakan
perubahan dan mampu membuat peralihan setiap waktu
Faktor Kegagalan Dalam Wirausaha
Menurut Zimmerer (dalam Suryana, 2003 : 44-45) ada beberapa faktor
yang menyebabkan wirausaha gagal dalam menjalankan usaha barunya:
- Tidak kompeten dalam manajerial.
Tidak kompeten atau tidak memiliki kemampuan dan pengetahuan mengelola
usaha merupakan faktor penyebab utama yang membuat perusahaan kurang berhasil.
- Kurang berpengalaman baik dalam kemampuan mengkoordinasikan, keterampilan mengelola sumber daya manusia, maupun kemampuan mengintegrasikan operasi perusahaan.
- Kurang dapat mengendalikan keuangan. Agar perusahaan dapat berhasil dengan baik, faktor yang paling utama dalam keuangan adalah memelihara aliran kas. Mengatur pengeluaran dan penerimaan secara cermat. Kekeliruan memelihara aliran kas menyebabkan operasional perusahan dan mengakibatkan perusahaan tidak lancar.
- Gagal dalam perencanaan.
Perencanaan merupakan titik awal dari suatu kegiatan, sekali gagal dalam
perencanaan maka akan mengalami kesulitan dalam pelaksanaan.
- Lokasi yang kurang memadai.
Lokasi usaha yang strategis merupakan faktor yang menentukan keberhasilan
usaha. Lokasi yang tidak strategis dapat mengakibatkan perusahaan sukar
beroperasi karena kurang efisien.
- Kurangnya pengawasan peralatan.
Pengawasan erat berhubungan dengan efisiensi dan efektivitas. Kurang
pengawasan mengakibatkan penggunaan alat tidak efisien dan tidak efektif.
- Sikap yang kurang sungguh-sungguh dalam berusaha.
Sikap yang setengah-setengah terhadap usaha akan mengakibatkan usaha yang
dilakukan menjadi labil dan gagal. Dengan sikap setengah hati, kemungkinan
gagal menjadi besar.
- Ketidakmampuan dalam melakukan peralihan/transisi kewirausahaan.
Wirausaha yang kurang siap menghadapi dan melakukan perubahan, tidak akan
menjadi wirausaha yang berhasil. Keberhasilan dalam berwirausaha hanya bisa
diperoleh apabila berani mengadakan perubahan dan mampu membuat peralihan
setiap waktu.
Peran Wirausaha Dalam Perekonomian Nasional
Seorang wirausaha berperan baik secara internal maupun eksternal. Secara
internal seorang wirausaha berperan dalam mengurangi tingkat kebergantungan
terhadap orang lain, meningkatkan kepercayaan diri, serta meningkatkan daya
beli pelakunya. Secara eksternal, seorang wirausaha berperan dalam menyediakan
lapangan kerja bagi para pencari kerja. Dengan terserapnya tenaga kerja oleh
kesempatan kerja yang disediakan oleh seorang wirausaha, tingkat pengangguran
secara nasional menjadi berkurang.
Menurunnya tingkat pengangguran berdampak terhadap naiknya pendapatan
perkapita dan daya beli
masyarakat, serta tumbuhnya perekonomian secara nasional. Selain itu, berdampak
pula terhadap menurunnya tingkat kriminalitas yang biasanya ditimbulkan oleh
karena tingginya pengangguran.
Seorang wirausaha memiliki peran sangat besar dalam melakukan wirausaha.
Peran wirausaha dalam perekonomian suatu negara adalah:
- Menciptakan lapangan kerja
- Mengurangi pengangguran
- Meningkatkan pendapatan masyarakat
- Mengombinasikan faktor–faktor produksi (alam, tenaga kerja, modal dan keahlian)
Meningkatkan
produktivitas nasional
No comments:
Post a Comment